Find Us On Social Media :

Tan Malaka Pendiri Sekaligus ‘Korban’ PKI yang Pernah Bermimpi tentang Bersatunya Kekuatan Islam

By Ade Sulaeman, Rabu, 27 September 2017 | 14:40 WIB

Intisari-Online.com - Setelah sebelumnya kita mengulas tentang Muso dan Alimin, kini giliran pemimpin komunis di awal kemerdekaan lain yang akan kita bahas, yaitu Tan Malaka.

Seperti ditulis oleh Haji Subagyo I.N. dalam artikel berjudul "Ketemu Alimin dan Tan Malaka" yang pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Maret 1971.

---

Lain lagi dengan Tan Malaka yang saya lihat dan saya kenal pribadinya. Untuk kali pertama saya melihat pribadi Tan Malaka ialah pada waktu Kongres Persatuan Wartawan Indonesia, yang diadakan di Solo.

Pada hari kedua, yaitu menjelang penutupan Kongres, disociteit Mangkunegaran yang konon pada clash ke-II sudah dibumi hanguskan.

Pembicaraan Kongres sudah selesai dan sebagai “gong “-nya segenap hadirin akan diminta mendengarkan pidato Ibrahim Gelar Sutan Malaka.

Orangnya sudah cukup tua, badannya cukup kekar, dalam arti bahwa otot-ototnya masih belum begitu nampak kendor.

Raut mukanya tajam, kulitnya agak kehitam-hitaman. Tanggapan saya pertama kali: agak malu-malu. Atau bescheiden?

Lama Tan Malaka berpidato. Konon sampai tiga jam.

Dia uraikan pengalamannya selama bertualang meninggalkan Tanah Air, dari satu negara ke negara yang lain, keluar masuk penjara, berebut ulung dengan polisi internasional yang senantiasa mengintip gerak langkahnya.

Yang saya ingat lagi dari pidatonya itu ialah tentang kekuatan umat Islam yang tersebar sejak dari Afrika Utara sebelah Barat, di Maghribi terus kearah Timur ke Libia, ke Tunis, Mesir, Timur Tengah, India (Pakistan), semenanjung Melayu sampai ke Indonesia.

Menurut Tan Malaka, alangkah hebatnya kekuatan itu apabila dapat dipersatukan.