Dalam eksperimen terpisah, peneliti NYU kemudian menguji kembali partisipan dengan mengukur berapa lama ia tahan untuk melihat atau memperhatikan orang lain.
Mereka merekrut sekitar 400 peserta secara online. Kemudian ia diminta untuk melihat berbagai gambar benda, yang rata-rata di dalamnya adalah wajah orang, buah-buahan, dan peralatan.
(Baca juga:Duh! Indonesia Ada di Posisi 4 dalam Daftar Negara Dengan Kesenjangan Ekonomi Tertinggi di Dunia)
Satu gambar akan muncul sebentar di layar kemudian digantikan dengan gambar kedua yang mirip bahkan identik dengan gambar sebelumnya.
Dua gambar itu akan terus berkedip bergantian sampai peserta meng-klik spasi untuk membuat gambar itu berhenti dan peserta bisa mengidentifikasi apakah ada perubahan atau tidak pada gambar tersebut.
Orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai orang yang tidak terlalu kaya secara signifikan lebih cepat ketimbang mereka yang dari kelas sosial yang lebih tinggi untuk melihat perubahan pada gambar wajah.
Itu berarti, kata peneliti, perubahan wajah seseorang menjadi concern bagi mereka.
“Dari tiga pengujian tersebut, kami mendapati bahwa orang yang berada di kelas sosial rendah lebih memperhatikan orang lain ketimbang mereka yang berada di kelas sosial yang lebih tinggi,” ungkap Pia Dietze, pemimpin penelitian dari NYU.
Sebuah studi sebelumnya yang diterbitkan dalam Psychological Sciences, psikolog University of California, San Francisco menemukan bahwa orang dari status sosial ekonomi yang lebih tinggi tidak mahir membaca emosi orang lain secara akurat, dibandingkan dengan rekan-rekan yang kurang makmur.
Terlebih lagi, dalam sebuah studi tahun 2009 menunjukkan bahwa mahasiswa dari status sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung kurang memperhatikan orang asing yang baru pertama kali mereka temui bahkan ketika mereka sama-sama orang kaya.
(Baca juga: Kisah Si Miskin dan Kemalangan)
Salah satu alasan orang kaya mungkin kurang peduli dengan orang lain adalah karena mereka mampu untuk menyewa atau membayar bantuan lain untuk melayani kebutuhan mereka (seperti perawatan anak dan perbaikan rumah) daripada bergantung pada tetangga, menurut Dacher Keltner, seorang profesor psikologi di University of California, Berkeley.
Bisa dibilang ada kesenjangan empati di sini.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR