Hari ini ia bertemu dengan politisi penting, hari esok ia bertemu dengan perwira militer terpandang, lusanya lagi bertemu dengan diplomat jempolan, beberapa di antaranya adalah Jules Cambon si diplomat Perancis dan seorang Putra Mahkota dari Jerman; tak hanya bertemu, ia juga terlibat affair dengan mereka.
Seiring bertambahnya umur, karier Mata Hari mulai meredup.
Meski demikian, itu tak menghalangi niatnya untuk mengunjungi negara-negara di mana pelanggannya berada, untuk menari tentu saja.
(Baca juga: CIA Tidak Akan Lagi Menggunakan Program Vaksinasi untuk Kegiatan Spionase)
Kondisi ini mau tak mau menyeretnya ke dalam dunia spionase. Ia kemudian resmi menjadi mata-mata dunia dengan kode rahasia H21.
Sepak terjangnya bukan tanpa risiko. Kecurigaan pun kerap datang menghampirinya, salah satunya dari Security Service—dikenal dengan M15—kontra-intelijen dan agen keamanan domestik Britania Raya.
Mereka sempat menginterogasi Mata Hari, namun sayang, mereka tak bisa memaksa Mata Hari buka mulut.
Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti jatuh juga.
Pada 13 Februari 1917, Mata Hari akhirnya ditangkap oleh otoritas Perancis atas tuduhan spionase, ketika hendak mengunjungi salah satu kenalannya di Paris.
Dalam interogasi, Mata Hari mengaku pernah menerima bayaran dari agen intelijen Jerman untuk aktivitas mata-mata.
Melalui sebuah sidang tertutup, pengadilan menjatuhkan hukuman mati kepada Mata Hari.
Ia dianggap sebagai “The Greatest Woman Spy” yang bertanggung jawab atas kematian ribuan tentara akibat informasi yang ia berikan. Ia dieksekusi di hadapan regu tembak pada 15 Oktober 1917.
(Baca juga: Sebagai Negara Jajahan, Seistimewa Apakah Perlakuan Rakyat Indonesia Dulu kepada Raja-Ratu Belanda?)
Terlepas dari kontroversinya sebagai mata-mata dan agen ganda, Mata Hari tetap layak dimasukkan ke dalam buku sejarah setidaknya sebagai salah satu mata-mata perempuan paling berbahaya di dunia.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR