Saat itu hanya terlihat 4 suku yang sibuk berjual-beli di pasar. Suku yang dominan terlihat adalah suku Hmong, selain itu Dao, Giay, dan Tai (Thai).
Masing-masing suku dapat dengan mudah dibedakan dari cara mereka berpakaian.
Memperhatikan keunikan tiap-tiap suku serta pakaian mereka yang berbau etnik merupakan keasyikan tersendiri.
Teman saya yang telah dua kali ke tempat ini tahu banyak tentang mereka karena kunjungannya yang peritama ke kota kecil ini untuk penelitian suku minoritas yang terdapat di Sapa.
Bahkan ia dapat bercakap-cakap dengan orang Hmong. Dengan senang hati dia bercerita tentang keunikan tiap suku pada kami.
Suku Hmong selalu berpakaian hitam (black Hmong). Wanitanya nampak cantik-cantik dan kuat.
Gaya mereka berpakaian terlihat modis dan praktis dengan kepala ditutup gulungan kain hitam menyerupai topi, dan anting-anting perak besar berayun-ayun di telinganya.
Sistem perkawinan mereka boleh dibilang rada aneh. Calon pengantin pria harus lebih dulu menculik calon mempelai wanita.
Perayaan perkawinan yang lengkap baru dilaksanakan saat sang mempelai wanita kembali ke orang tuanya dengan membawa suaminya serta sejumlah hadiah dan persembahan dari keluarga barunya.
Lalu jika sang suami meninggal, wanita Meo atau Hmong menghadapi dua pilihan yang belum tentu disukainya: menikahi saudara lelaki suaminya atau pria dari lingkungan keluarga suaminya tanpa membawa apa-apa, dan jika memungkinkan kembali pada orang tuanya.
"Menjual" anak gadisnya
Busana tradisional wanita suku Dao tergolong "mewah" untuk dipakai sehari-hari. Sulit dibayangkan mereka menggunakan pakaian dengan sulaman khas yang begitu indah tersebut dalam keseharian.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR