Intisari-Online.com - China sebenarnya sering meluncurkan rudal balistik antar-benua (ICBM) dari kapal selamnya. Rudal ICBM China yang dimaksud adalah Julang-2 (JL-2).
Tapi uji coba peluncuran rudal ICBM China itu tidak segempar seperti peluncuran rudal ICBM yang dilakukan Korut mengingat China tidak menyebut sasaran yang akan dihantam rudal.
(Baca juga: Jika Boleh Jujur, Kegemaran Kin Jong-un Uji Coba Rudal Balistik Juga Membahayakan Penerbangan Komersil)
Tapi meskipun China tidak menyebut apa saja calon sasaran yang akan dihantam rudal ICBM-nya jika muncul konflik, jawaban yang pasti adalah daratan AS.
Uji coba peluncuran rudal ICBM itu bahkan sejak akhir tahun 2011, dilakukan dari kapal selam yang diduga bertenaga nuklir kelas Jin (Tipe 094).
Biasanya uji coba peluncuran rudal ICBM dilakukan di Laut Bohai. Nelayan setempat dilaporkan sering menemukan bagian dari roket pendorong rudal JL-2 di laut dekat Provinsi Shandong di China timur laut.
Pihak militer kemudian mengambil barang itu, yang panjangnya empat meter dengan garis tengah dua meter, berwarna biru muda.
Sementara pengamat berpendapat, dengan kemampuan seperti itu China mampu melakukan serangan pendadakan terhadap kota-kota di AS dengan rudal nuklir.
Dengan kemampuan itu maka makin membuktikan bahwa China kini mencapai kemajuan besar dalam usahanya mengembangkan daya tangkal nuklir yang berbasis di laut.
Rudal JL-2 yang merupakan intercontinental ballistic missile itu dikembangkan dari rudal ICBM Dong Feng 31 (DF-31) yang berpangkalan luncur di darat.
Rudal ini mampu mencapai sasaran sejauh 8.000 km. Sedangkan kapal selam peluncurnya adalah dari jenis ballistic nuclear missile-carrying submarine, yang masing-masing mampu membawa 12 rudal JL-2.
Saat ini AL China diperkirakan memiliki lebih dari empat kapal selam nuklir kelas Jin, yang merupakan jumlah minimal untuk dapat melakukan patroli strategis secara non-stop.
Para pengamat militer belum dapat memastikan seberapa jauh kesenyapan kapal selam China terbaru itu, mengingat kapal selam nuklir generasi pertamanya dianggap terlalu bising.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR