Misalnya saja seperti yang saya saksikan di Goa Londa. Peti mati berserakan di celah-celah batu. Di luar maupun di dalam gua.
Saya tidak ikut masuk ke gua itu, karena di dalam batu-batunya licin dan naik-turun. Bahkan menurut rekan-rekan yang masuk, pada suatu ketika mereka sampai harus merangkak di bawah celah batu yang sempit.
Mereka diantar anak-anak pembawa lampu strongkeng, yang merangkap sebagai pemandu wisata.
Peti berserakan di pinggir gua. Ada yang terbuka dengan tengkorak di dalamnya. Konon kalau mau melihat isinya Anda juga bisa minta dibukakan.
Rupanya love affair sama kunonya seperti sejarah manusia. Di sana ada dua tengkorak yang diletakkan berjajar.
Konon itu tengkorak sepasang kekasih yang bunuh diri karena cinta yang tidak kesampaian. Rupanya ada juga kisah Romeo dan Juliet ala Toraja.
Dalam kompleks yang sama juga ada makam dalam dinding yang terjal. Dari jauh tampak ada bulatan merah. Temyata itu pantat peti jenazah.
Rupanya peti itu belum lama dimasukkan, karena warna merahnya masih belum pudar. Tapi menurut pemandu wisata kami, itu peti tiruan.
Ceritanya, beberapa waktu yang lalu TV Prancis ingin mengabadikan upacara pemakaman. Karena tidak bisa menunggu sampai peti benar-benaran dimasukkan ke dalam gua, kru TV itu minta supaya dipasang peti tiruan dalam lubang untuk shooting.
Entah sampai di mana kebenaran cerita itu dan kapan persisnya hal itu terjadi, tetapi konon biayanya sekitar Rp 8 juta.
Bagi saya Tana Toraja merupakan objek wisata yang sangat menarik. Baik hasil kerajinan tangannya seperti kain tenun, ukiran kayu, kalung kayu, meja ukir kayu knock-down, maupun pemandangan alamnya yang masih perawan.
Lebih-lebih kalau teringat keindahan alam dalam perjalanan antara Ujungpandang dan Tana Toraja.
Begitu keluar dari Ujungpandang, di sebelah kanan jalan ada bukit-bukit kapur yang konon mirip gunung-gunung di Quelin, RRC, yang sangat terkenal itu.
Mengapa kita harus mencarinya jauh-jauh ke negeri orang, kalau di negara sendiri ada.
(Artikel ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Mei 1990)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR