Intisari-Online.com - Cerita yang termuat di blog Rusdi Mathari ini menunjukkan bahwa masih ada polisi yang baik, jujur, dan tegas.
Mirip dengan cerita soal bekas Kapolri Hoegeng Imam Santoso.
Nama polisi itu Oemar Saleh, perwira polisi berpangkat Letnan Kolonel (sekarang Ajun Komisaris Besar Polisi) di Bone, Sulawesi Selatan.
Jabatan terakhirnya adalah wakil kepala kepolisian wilayah Bone, Sulawesi Selatan.
Hidupnya sangat sederhana. Hanya mengandalkan gaji sebagai seorang polisi.
(Baca juga: Mangil, Kepala Polisi Pengawal Bung Karno yang Ternyata Tak Tahu Jika Proklamasi akan Dibacakan)
Setelah kematiannya, di dompet Oemar hanya didapati uang Rp35.000. Tak ada tabungan.
Sebaliknya dia meninggalkan utang di bank hampir Rp3 juta.
Kepada anak lelakinya yang waktu itu masih mahasiswa dia menitipkan pesan terakhir, “Tolong lunasi utang Bapak di bank.”
Utang itu merupakan bagian dari kredit yang diajukan ke bank sebesar Rp5 juta menjelang ia pensiun.
Karena perwira aktif dilarang mengajukan kredit ke bank, dia mengajukan kredit atas nama anaknya dengan sejumlah agunan.
Rencananya uang itu mau digunakan untuk membuka usaha bengkel.
"Aku tak mau setelah pensiun dibelaskasihani oleh siapa pun, termasuk oleh perwira polisi."
Padahal, sebagai perwira polisi banyak pengusaha yang mendekati dia untuk berbagai urusan.
Oemar bukanlah lulusan Akabri (Akpol). Ia merintis karier di kepolisian dari pangkat sersan.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR