Tapi ironisnya, melalui Kantor Berita Domei pula pengumuman proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dengan cepat tersebar ke berbagai pelosok tanah air, bahkan ke seluruh dunia pada hari itu juga.
Adam Malik, yang memperoleh teks proklamasi segera setelah dibacakan oleh Soekarno, mendiktekannya melalui telepon kepada rekannya di Domei Bagian Bahasa Indonesia.
Kemudian karyawan Bagian Bahasa Indonesia meneruskan berita itu melalui jaringan telegraf (morse-cast) dan telepon ke cabang-cabang di daerah tanpa lebih dulu meminta persetujuan petugas sensor.
(Baca juga: Arsilan Tukang Kebun Bung Karno: Saya Belajar Ilmu Ikhlas dari Bung Karno)
Jepang tak kuasa menghentikannya, karena berita itu sudah telanjur menyebar dan dikutip oleh banyak surat kabar, dan juga radio.
Semarang Hosoo Kyoku merupakan satu-satunya stasiun radio yang dapat menyiarkan berita proklamasi pada hari itu juga.
Sementara Jakarta Hosoo Kyoku (stasiun radio di Jakarta, kini RRI), di Jl. Merdeka Barat, baru pada pukul 19.00 bisa menyiarkan berita proklamasi dalam bahasa Indonesia dan Inggris, masing-masing dibacakan oleh Jusuf Ronodipuro dan Suprapto.
Meski saat itu studio radio dijaga ketat oleh Jepang, tapi salah seorang wartawan Domei Bagian Bahasa Indonesia berhasil masuk menyusupkan naskah proklamasi dengan memanjat tembok belakang studio.
Surabaya Hosoo Kyoku baru pada malam harinya menyiarkan berita tersebut. Itu pun dalam siaran berita bahasa Madura.
Sementara Bandung Hosoo Kyoku menyiarkan berita proklamasi pada tanggal 18 Agustus 1945, pukul 19.00.
Lewat pemancar radio di Tegal Lega yang berkekuatan tinggi, penyiar Sakti Alamsyah membacakan berita itu dalam bahasa Indonesia dan Inggris, dengan didahului dan diakhiri lagu Indonesia Raya.
Siaran diulang pukul 20.00 dan 21.00, dan beritanya dapat ditangkap di luar negeri.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR