Intisari-Online.com – Banyak saksi hidup sempat merasakan, melihat, dan mendengar detik-detik proklamasi. Tapi tak sedikit yang menjadi saksi bisu.
Ada yang "dinobatkan" menjadi peninggalan bersejarah, ada yang berubah wajah dan fungsi, tapi ada pula yang hanya tinggal riwayat.
Benda bersejarah utama di saat proklamasi diumumkan tak lain adalah teks proklamasi. Dengan selembar kertas tua itu bangsa Indonesia "berteriak" menyatakan kemerdekaan.
(Baca juga: Mengenal Sosok Saksi Sejarah Pengakuan Australia atas Kemerdekaan Republik Indonesia)
Teks autentik proklamasi saat ini disimpan dan terawat dengan baik di Istana Merdeka, Jakarta Pusat.
Salinannya antara lain terdapat di Monumen Nasional (Monas), di Jl. Silang Monas, tersimpan dalam peti kaca antipeluru, di lemari gapura berbahan perunggu seberat 4 ton berlapis emas murni 22 kg, beserta rekaman ulang suara Presiden Soekarno yang dibuat tahun 1953.
Sementara konsep teks proklamasi yang ditulis tangan oleh Bung Karno, dan tampaknya ditulis dengan menggunakan pensil itu baru setahun yang lalu, 19 Mei 1992, diserahkan kepada Presiden Soeharto.
Lo, kok bisa? Selama 47 tahun 9 bulan 18 hari disimpan dan dirawat dengan baik oleh Burhanudin Moehammad Diah, yang waktu itu adalah pemuda yang aktif dalam surat kabar resmi Jepang.
B.M. Diah hadir dalam acara perumusan naskah proklamasi, bahkan menemani Sajuti Melik saat mengetik teks tersebut.
Konsep proklamasi ditulis di atas secarik kertas bergaris biru dengan beberapa coretan perbaikan.
Kata "diusahakan" diganti dengan "diselenggarakan", "penyerahan" diganti "pemindahan".
Kertas tua ini menjadi dokumen bersejarah dan kini disimpan di Arsip Nasional, di Jl. Ampera Raya, Cilandak Timur, Jakarta Selatan.
Antara naskah asli (teks yang sudah diketik) dengan konsep yang ditulis tangan ada perbedaan.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR