Kebetulan saat itu Quicy memakai kacamata berkamera yang dibelinya di situs Amazon.
Jadi adegan ia mengikuti Malcolm hingga tertembak terekam dalam kamera.
Dalam rekaman juga terdengar ia memperingatkan pelaku bahwa ia akan menggunkan senjata pengejut (Taser) untuk menghentikannya.
Pelaku lalu melihat Quincy dan mengeluarkan pistol dari saku jaketnya, lalu menembak sebanyak 8 kali!
(Baca juga: Tembak Mati Militan ISIS yang Tertangkap, Militer Libya Benarkah Militer Libya Melanggar HAM?)
Dua dari tembakan itu dilakukannya saat Quincy sudah terjatuh ke tanah.
Quincy terjatuh ke tanahdan berteriak di radionya bahwa terjadi penembakan.
Dia juga kesakitan dan berteriak saat berlari kembali ke mobil patrolinya untuk melaporkannya.
Tangannya yang berlumuran darah saat menggunakan peralatan di mobilnya juga terekam kamera.
Ia melaporkan terkena tembakan di leher dan kedua tangannya patah.
Saat dikeluarkan dari mobil patroli, petugas medis mendengar permintaan Quincy.
“Katakan pada keluargaku kalau aku mencintai mereka,” begitu kata-katanya.
Luar biasanya, ternyata Quincy Smith berhasil lolos dari maut.
“Jika bukan karena kekuasaan Tuhan dan beberapa dokter hebat, pasti kasus ini bukan hanya menjadi sebuah kasus pembunuhan saja, tetapi juga sebuah kasus dengan hukuman mati,” kata Duffie Stone, satu dari 14 juri dalam persidangan itu.
Dilansir dari Charlotte Observer, Malcolm terkena tuduhan percobaan pembunuhan dan penggunaan senjata api dalam aksi kriminal.
Ia pun dijatuhi hukuman penjara selama 35 tahun.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR