Bahkan menurut survei Kantar Worldpanel, pendapatan Indofood mencapai US$600 juta per tahun dan merupakan merek kedelapan yang paling banyak dibeli konsumen di dunia.
Menurut Tope Ashiwaju, public relations and events manager Dufil Prima Foods, saat Indomie tiba di Nigeria, belum ada yang bermain di pasar mi instan.
Dan tidak seperti pasar mi di Asia dan Barat, mayoritas warga Nigeria tak terbiasa makan mi instan.
"Saya bisa mengatakan, pada awalnya perkembangan bisnis mi instan di Nigeria sangat sulit karena makanan ini sangat aneh dan bukan merupakan bagian dari menu makanan kami. Kami melihatnya dan mengatakan ini merupakan sesuatu yang pantas dicoba dan dibandingkan dengan sejumlah makanan pokok seperti beras, kacang-kacangan, dan roti," urainya.
(Baca juga: Indomie Masuk Daftar 10 Merek Paling Banyak Dibeli di Dunia)
Nino Setiawan, warga Indonesia yang bekerja di sektor ekspor-impir di Nigeria, menyebut seorang pria bernama Mohan Vaswani, direktur Tolaram Group dari Singapura, sebagai orang yang mempopulerkan Indomie di Nigeria.
Tolaram bekerjasama dengan pemilik Indofood, Grup Salim, untuk membawa mi instan ke Afrika.
"Di tahun 80-an, Mohan Vaswani datang ke sini dengan dua kontainer Indomie dan dia membagikannya. Dia sangat mengetahui bagaimana mengedukasi masyarakat sehingga mereka mau memasukkan Indomie sebagai makanan pokok mereka," jelas Nino.
(Barratut Taqiyyah Rafie)
Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul “Ketika Indomie benar-benar populer di Nigeria”.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR