(Baca juga: Tidak Kalah Dari Malaysia, Inilah 8 Jenis Durian Asli Indonesia Nan Lezat)
Ikan dan produk susu
Beberapa orang mengatakan bahwa mengonsumsi ikan dan produk susu secara bersamaan bukanlah ide bagus karena merupakan kombinasi beracun atau bisa menyebabkan kondisi kulit yang dikenal sebagai Vitiligo, yang menyebabkan hilangnya warna kulit.
Sebenarnya, tidak ada bukti ilmiah yang mengklaim ini. Bahkan ada penelitian yang dilakukan untuk menghilangkan mitos ini.
Seseorang yang mengalami mual, gatal atau sakit perut setelah makan kedua makanan tersebut kemungkinan besar karena intoleransi laktosa atau alergi terhadap jenis ikan tertentu.
Ini bisa terjadi jika ikan atau susu dikonsumsi bersama atau terpisah.
Oleh karena itu pastikan makanan ditangani dengan benar dan aman sebelum dikonsumsi. Pastikan ikan itu segar dan dimasak dengan baik, serta susu dikonsumsi sebelum kadaluwarsa.
Permen mint dan minuman berkarbonasi
Mitos bertahun-tahun ini adalah mengonsumsi permen mint setelah minum minuman berkarbonasi dapat menyebabkan kematian seketika karena campuran tersebut berubah menjadi racun sianida dan menyebabkan perut “meledak”.
Reaksinya sebenarnya bukan kimia tapi bersifat fisik. Para ilmuwan menemukan penjelasan rinci atas fenomena tersebut, yang terjadi karena proses yang dikenal sebagai ‘nukleasi’.
Permen mint memiliki ribuan pori-pori kecil di permukaannya (ini yang disebut situs nukleasi) dan karbon dioksida dalam minuman bersoda tertarik pada benjolan kecil ini.
Yang terjadi selanjutnya adalah terbentuknya gelembung cepat yang akhirnya berubah menjadi bentuk yang mengamuk.
Telur dan pisang
Banyak yang mengatakan kombinasi antara telur dan pisang di perut bisa berubah menjadi racun dan berakibat kematian.
Tidak ada penelitian ilmiah yang mengatakan bahwa pisang yang dimakan bersama telur akan membentuk racun apapun.
Kendati demikian, perlu diingat langkah aman dalam penanganan dan pemasakan tertentu, terutama untuk telur karena telur mentah memiliki risiko memproduksi Salmonella, sejenis bakteri yang dapat meningkatkan risiko keracunan makanan.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR