Tentu hal ini sangat memprihatikan, karena pemikiran-pemikiran itu membuat kita meninggalkan sisi manusiawi orang lain.
Fakta yang paling menyedihkan adalah, jika kita terus membiarkan diri kita dengan stereotype dan prasangka sepertiitu, kemungkinan besar kita akan mudah terjangkit rasisme, seksisme, diskriminasi, dan kefanatikan yang buta nan berbahaya.
Lalu apa yang harus kita lakukan untuk mengurangi pemikiran dan sikap seperti itu? Caranya adalah dengan terbuka dan menerima kenyataan bahwa kita hidup dalam keberagaman.
Kita harus belajar membuka hati dan diri kita terhadap perbedaan yang memang menjadi bagian dalam dunia ini. jangan langsung menilai dan menghakimi berdasarkan stereotype ketika kita mengenal orang lain yang berbeda keyakinan, institusi, tempat, golongan, suku, budaya, dan agama dengan kita.
Cobalah untuk keluar dari pandangan kelompok kita sendiri dengan bergaul dengan lebih banyak orang. Semakin kita berpikir terbuka, semakin jauh kita dari diskriminasi dan kefanatikan yang berlebihan.
Ingatlah, dunia ini sangat kompleks. Carilah pengalaman dari banyak orang dari beragam latar belakang dan terlibatlah dengan lebih banyak orang yang berbeda dengan kita.
(Baca juga: Tindakan Negatif Rasisme Harus Ditanggapi Positif)
Dari situ, kita bisa belajar untuk meninggalkan asumsi pribadi yang tidak berdasar. Kita juga5 bisa belajar lebih menghargai dan berempati, bertindak berdasarkan hati nurani.
Ketimbang berpikiran bahwa di dunia ini hanya “saya vs dia” atau “kami vs mereka”, mengapa kita tidak belajar menciptakan “kita”.
Ah, alangkah indahnya jika kita bisa memandang dengan sesame manusia sebagai bagian dari “kita”, bukan “mereka”.
TIKA ANGGRENI PURBA
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR