Tahun 1963 perang melawan Viet Cong terus berlanjut dan korban tewas dari pasukan AS mulai berjatuhan.
Dengan jatuhnya korban pasukan AS di Vietnam, pemerintah AS di Washington mulai menyadari bahwa penugasan untuk bertempur di Vietnam ternyata sangat riskan.
Tapi Presiden Kennedy yang juga dikenal sebagai veteran Perang Dunia II dan sangat kritis terhadap perkembangan konflik di Vietnam keburu tewas akibat ditembak sehingga masalah Vietnam kemudian diambil oleh penggantinya yang dikenal berwatak keras, Presiden Johnson.
Atas perintah Presiden Johnson pasukan AS di Vietnam terus ditambah dan sejumlah operasi tempur yang melibatkan kekuatan darat, laut, dan udara terus digelar.
Namun gempuran pasukan AS yang melibatkan senjata modern dan pasukan dalam jumlah besar ternyata bak membentur tembok beton yang tebal.
Pasukan gerilya Viet Cong yang kekuatannya telah tersebar merata di sepanjang garis tempur Vietnam Selatan dan perbatasan Laos serta Kamboja kini bukanlagi melancarkan perang gerilya.
(Baca juga: Fatal! Klinik Kecantikan Asal Vietnam Ini Gunakan Logo yang Justru Bisa Bikin Calon Pasiennya Ngeri)
Tapi bertempur seperti pasukan regular dengan dukungan logistik dan persenjtaan yang sangat memadai.
Kekuatan Viet Cong bahkan makin tangguh berkat dukungan pasukan regular NVA sehingga mereka mampu melancarkan serangan akbar yang terencana dan sukses secara politik dan militer, Tet Offensive.
Serangan Tet Offensive akhirnya mampu membukakan mata rakyat AS bahwa pasukannya yang bertempur di Vietnam hanyalah menjalani misi yang sia-sia.
Demo antiperang Vietnam pun mewabah di AS dan berujung pada tumbangnya kekuasan Presiden Johnson.
Pengganti Johnson, Presiden Nixon menyadari betul apa yang dialami para prajurit AS di Vietnam, opsi penarikan mundur seluruh pasukan
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR