Intisari-Online.com - Ini adalah kisah tentang desa Hokse.
Di desa yang terletak di Nepal ini, hampir seluruh penduduknya telah menjual salah satu ginjalnya.
Oleh sebab itu, desa ini disebut dengan “Kidney Valley” alias “Lembah Ginjal”. Pangkalnya, tak lain dan tidak bukan, adalah kemiskinan.
(Baca juga: Kurangi Risiko Banjir, Pemerintah Nepal Menguras Danau Glasial di Kaki Gunung Everest
Broker organ manusia secara teratur mengunjungi desa dan meyakinkan pendudukan yang miskin untuk menjual salah satu ginjalnya.
Mereka, para broker itu, menggunakan pelbagai cara untuk meyakinkan mereka supaya mau pergi ke India melakukan operasi pengambilan ginjal.
Para broker itu mengatakan kepada para penduduk bahwa manusia hanya butuh satu ginjal untuk bertahan hidup. Tak berhenti sampai situ, mereka juga menambahi, bahwa ginjal akan tumbuh kembali setelah beberapa saat.
Untuk setiap ginjal, para broker itu biasa menebusnya seharga 2.00 dolar (sekitar Rp28,6 juta).
“Selama 10 tahun orang datang ke desa kami mencoba meyakinkan kami untuk menjual ginjal kami, tapi saya selalu bilang tidak,” kata Geetha.
Tapi seiring bertambahnya keluarganya, ia tetap ingin menyediakan rumah yang lebih layak.
“Saya selalu ingin rumah saya sendiri dan sebidang tanah, dan dengan anak-anak lagi, saya benar-benar membutuhkannya.” Dia pun akhirnya pergi bersama kakak iparnya yang seorang broker, ke India, untuk menjalani operasi.
Sayangnya, rumah Gethaa—yang ia bayar menggunakan salah satu ginjalnya—hancur dilanda gempa yang mengguncang Nepal pada akhir April tahun ini.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR