Serangan udara dari Saudi telah memaksa keluarga Amal untuk meninggalkan rumah mereka di pegunungan tiga tahun lalu.
Keluarga itu berasal dari Saada, sebuah provinsi di perbatasan Arab Saudi yang telah menanggung beban paling tidak 18.000 serangan udara yang dipimpin Saudi di Yaman sejak 2015.
Amal adalah bahasa Arab untuk 'harapan,' dan beberapa pembaca menyatakan harapan dari kesusahannya dapat membantu membangkitkan perhatian pada perang, di mana puluhan ribu warga sipil telah meninggal karena kekerasan, kelaparan atau penyakit.
Tahun lalu, Yaman menderita epidemi kolera terbesar di zaman modern, dengan lebih dari satu juta kasus.
Baca Juga : Perang Air: Tempat yang Diprediksi Jadi Medan Konflik Bersenjata Masa Depan
Amal keluar dari rumah sakit di Aslam minggu lalu, masih sakit.
"Dokter perlu memberi ruang bagi pasien baru," kata Dr. Mahdi.
Keluarga itu membawa Amal kembali ke rumah, sebuah gubuk yang terbuat dari jerami dan terpal plastik, di sebuah kamp di mana lembaga-lembaga bantuan menyediakan bantuan, termasuk gula dan beras.
Tapi itu tidak cukup untuk menyelamatkan Amal.
Kondisinya memburuk, dengan sering muntah dan diare, kata ibunya.
Pada 26 Oktober, tiga hari setelah dia keluar dari rumah sakit, dia meninggal.
"Saya tidak punya uang untuk membawanya ke rumah sakit," kata Ali.
"Jadi saya membawanya pulang." (Adrie P. Saputra)
Source | : | nytimes.com |
Penulis | : | Adrie Saputra |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR