Media massa juga yang membantu membuat dermawan itu menjadi tokoh ternama. Namun, setelah banyak orang terperangkap, media massa lagi yang membuyarkan pamor dermawan yang sebenarnya mengutip derma itu.
Sekarang, pada awal tahun 1989 ini, kembali ada suatu kejutan yang dibuat oleh media massa. Orang itu disanjung-sanjung sebagai pakar komputer yang dermawan. Riwayat hidupnya dimunculkan di berbagai majalah.
la pun dianggap sebagai usahawan berhasil yang ber-IQ sangat tinggi. Tetapi setelah ternyata ia ditahan karena tuduhan memalsukan dokumen, satu penerbitan media massa saja sudah cukup untuk menjatuhkan dia di mata masyarakat, menjadi tidak lebih dari seorang petualang.
Namun, ulahnya yang disebarluaskan oleh media massa sekali lagi minta kurban, karena ada lagi yang terpaksa tersipu-sipu akibat terjebak.
Baca Juga : Komedian Tunggal Mudy Taylor Ditangkap Polisi Terkait Narkoba dengan Barang Bukti Sabu
Iklan kedermawanannya yang terakhir saya lihat adalah kain pancang di atap rumahnya, yang menawarkan komputer gratis kepada setiap peserta kursusnya.
Memang suatu tawaran yang sangat menarik, tetapi kalau kita tahu bahwa untuk mengikuti kursus yang biasa-biasa saja peserta kursus harus membayar lebih dari Rp 3 juta kepadanya, kiranya tidak mahal untuk menghadiahkan komputer "gratis" yang harganya sekitar Rp 1,3 juta setelah peserta kursus itu memakainya dalam kursus untuk mengikuti latihan.
Dengan cara itu sang dermawan selalu saja bisa menyediakan komputer baru dalam setiap kelasnya, setiap kali ia membuka kelas yang baru.
Hampir terjebak
Baca Juga : Viral di Media Sosial, Dosen Diduga Minta Uang Rp2.000 kepada Mahasiswanya!
Saya bersyukur kepada Yang Maha Kuasa karena terhindar dari jebakannya. Satu kali saya diminta dermawan itu untuk menjadi pemandu dalam seminar yang diadakannya di suatu hotel mewah di Jakarta.
Hampir saya tertarik karena pokok bahasannya memang asyik, yaitu penggunaan komputer untuk mempelajari Al-Qur'an. Untung naluri saya bekerja dan saya mengelak.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR