Atau mungkin pilot sedemikian terpakunya dengan landasan yang basah, bobot pesawat, serta pendeknya lintasan sehingga secara psikologis pilot mengalami channelling of attention, yakni terfokusnya perhatian hanya pada hal-hal yang amat mendesak saja.
Kondisi semacam itu sering menimpa seseorang yang secara mendadak dihadapkan pada saat-saat kritis atau terancam keselamatannya.
Kompartemen bagasi F-28 adalah suatu ruangan tertutup yang pressurized atau bertekanan, mirip dengan kabin pesawat. Bagasi maupun kabin memang dirancang bertekanan (terbatas berketinggian tekanan sekitar 6.000 kaki) karena pesawat tipe itu dalam terbang jelajahnya akan berketinggian lebih dari 10.000 kaki.
Dengan begitu, kenyamanan dan keselamatan penumpang selalu terpelihara dengan tekanan 6.000 kaki, seolah manusia masih berada dalam lingkungan darat.
Selalu ada risikonya
Dalam keadaan pesawat sedang melaju, lalu tiba-tiba ada yang tidak beres, apa yang harus dilakukan? Itulah yang dialami kedua pilot F-28 MNA. Keputusan membatalkan take-off ketika pesawat sedang dalam keadaan V1 bukanlah keputusan yang keliru.
Akan tetapi, mengingat landasan yang basah dan pendek serta bobot pesawat yang lumayan, keputusan itu tetap mengandung risiko. Dalam keadaan demikian, apakah para pilot sudah mengoperasikan rem dengan cara yang tepat?
Apakah remnya berfungsi dengan baik? Ini tentu tanpa mengesampingkan salah satu prosedur pilot di setiap penerbangan, yakni selalu mencoba rem. Semisal waktu pesawat line-up atau bersiap di landasan setelah taxiing untuk rolling melaju siap take-off.
Pilihan lain adalah tetap meneruskan take-off dengan bagasi terbuka dan kembali mendarat setelah mencukupi persyaratan untuk mendarat kembali.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR