Intisari-Online.com – Ingin selalu berkembang dengan cara merencanakan setiap tahap dalam menjalankan profesinya. Aktivitasnya sekarang bukan cuma jadi pilot tapi juga berbisnis, walaupun “terbang” tetap menjadi “jiwanya”.
Berikut ini hasil wawancara Majalah ANGKASA dengan Capt Kardibaldi Wardaja, yang dimuat di Majalah ANGKASA edisi Juni 2016, Capt Kardibaldi Wardaja; Jadi Pilot itu Tak Gampang
Setiap lima tahun ada target yang ingin dicapai Capt Kardibaldi Wardaja. Dimulai ketika menjadi pilot Merpati Nusantara Airlines tahun 1994.
Waktu itu, ia dikontrak 10 tahun karena menjadi salah seorang pilot beasiswa Merpati yang disekolahkan di Australian Aviation College Batch 13 tahun 1993-1994.
“Semua benar-benar gratis dari Merpati. Jadinya dikontrak 10 tahun wajar. Yang sekarang kan beda,” katanya.
Baldi, begitu ia disapa, memang cukup prihatin dengan kondisi pilot-pilot baru di Indonesia. Sekolah bayar sendiri dengan biaya sangat mahal, masuk kerja dikontrak dengan waktu yang sangat lama pula.
Untuk memberikan sumbang saran, ia ikut berkontribusi di Ikatan Pilot Indonesia (IPI). Bersama beberapa rekannya, ia juga berkiprah di Aerotek Aviation dengan akan membangun situs recruitment training online.
Rupanya target dalam mengembangkan profesinya tidak berjalan mulus. Merpati yang dipandangnya sebagai maskapai penerbangan besar, kenyataannya berbeda.
Baca Juga : Kisah 2 Pilot Bernama Sama yang Selamat dari Kecelakaan Pesawat yang Sama Pula
Sampai lebih dari tujuh tahun, ia tetap menjadi FO (First Officer) di pesawat Fokker F-28 dengan jam terbang yang minim. “F-28 itu pesawat favorit saya,” ucapnya.
Walaupun begitu, ketika tahun 2001 Merpati sudah hampir collapse (bangkrut) –Baldi menyebutnya sudah collapse—direkturnya mengatakan bahwa siapa saja pilot yang akan keluar dipersilakan tanpa harus membayar sisa training bond karena belum selesai masa kontrak, ia pun keluar.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR