Baik pasukan Bravo Company maupun Alpha Company kemudian membangun perimeter sepanjang sayap kanan dan kiri di sepanjang sungai kecil.
Mereka makin meningkatkann kewaspadaanya karena di bukit-bukit yang terletak di seberang sungai terdapat markas-markas tersembunyi Vietcong dan NVA yang sewaktu-waktu bisa menyerang.
Pasukan Bravo dan Alpha Company terus bergerak maju dan makin mendekati pertahanan musuh.
Lewat tengah hari secara tiba-tiba pasukan Vit Cong dan NVA yang telah menunggu melancarkan tembakan.
Pertempuran sengit pun pecah di hutan pegunungan yang banyak ditumbuhi rumput gajah itu.
Taktik bertempur pasukan AS adalah menggukan taktik supit urang seperti yang diterapkan oleh Panglima Besar Soedirman dalam Palagan Ambarawa.
Taktik itu adalah menjepit posisi musuh dari arah sayap kiri dan kanan.
Musuh yang kemudian mundur lalu akan dikejar oleh sejumlah peleton tentara sementara peleton lainnya bertahan di posisi sambil mempertahankan perimeter sekaligus berperan sebagai pasukan pemburu cadangan.
Tapi peleton yang terlalu bersemangat memburu Viet Cong yang mundur kadang terpisah dari pasukan induknya sehingga malah terjebak.
Peleton tersebut itu akhirnya justru menjadi bulan-bulanan Viet Cong yang telah menunggu dan kemudian menyergapnya dari posisi sayap kanan serta kiri menggunakan taktik tempur hit and run.
Baca Juga : Secara Diam-diam, Amerika Pernah Bentuk Pasukan Gerilya di Indonesia yang Tentaranya Buta Huruf, Untuk Apa?
Terlalu bersemangat mengejar musuh kemudian masuk jebakan dan dihujani tembakan dialami oleh salah satu peleton Bravo Company, Peleton II, yang dipimpin oleh Letnan Henry Herrick.
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR