Intisari-Online.com – Berbeda dengan Indonesia yang menanggulangi kekurangan energi dengan pencarian pinjaman baru dan pembangunan pembangkit listrik yang mengandalkan bahan bakar fosil, Kuba lebih menekankan pemanfaatan sumber energi terbarukan (renewable) dengan melibatkan seluruh rakyat.
Ini merupakan keberhasilan - apalagi di tengah impitan embargo negara sebesar AS - yang patut dijadikan pelajaran.
Bagaimana caranya? Simak tulisan Leo Charles Boring, Mengatasi Krisis Energi Cara Kuba, berikut ini yang pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Mei 2002.
Beberapa waktu lalu, 20 spesialis konservasi energi dari AS pergi ke Kuba untuk melihat cara warga negara itu menangani krisis energi.
Baca Juga : Google akan Menggunakan Mayoritas Energi Terbarukan di Setiap Kantornya di Tahun 2017
Laporan yang kemudian dibuat para ahli AS itu menyebutkan, Kuba adalah sebuah negara yang telah bekerja keras mencukupi diri dalam bidang energi, serta melakukan pelbagai usaha besar di bidang penelitian dan pengembangan.
Di antaranya melalui pemanfaatan aneka jenis sumber daya energi terbarukan (renewable), seperti biomassa, biogas, tenaga mikro-hidro, energi angin, serta tenaga matahari.
Listrik dari ampas tebu
Belum terlalu lama Kuba dilanda masa suram. Ketika Uni Soviet masih ada, hampir semua kebutuhan negara kepulauan di kawasan Karibia berpenduduk sekitar 11 juta jiwa itu ditopang Uni Soviet.
Baca Juga : Gabriel Luna-Sandoval, Ilmuwan Meksiko yang Mengubah Air Kencing Jadi Energi Terbarukan
Ketika itu, Fidel Castro relatif tak mengalami kesulitan besar menghadapi embargo AS yang memukul banyak sektor. Namun, ketika federasi pimpinan Gorbachev itu bubar pada 1989, Kuba terseret masuk ke lembah kesuraman.
Suplai minyak dari Soviet ke Kuba turun 50%. Listrik hanya menyala dua jam setiap hari. Mata uang tak berharga lagi. Perekonomian nyaris ambruk. Orang Kuba menyebut masa sulit itu "Special Period", saat khusus.
Ketika Soviet masih ada, satu ton gula Kuba dihargai empat ton minyak Soviet. Di masa sulit orang Kuba harus menghadapi kenyataan, satu ton gula Kuba hanya dihargai satu ton minyak Soviet.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR