Baca Juga : Wanita ini Pura-pura Hamil, Saat Akan Melahirkan Ia Melakukan Skenario Licik Untuk Menipu Suaminya
Seperti diketahui bersama, salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia adalah karena infeksi. Risiko infeksi inilah yang tidak bisa dijamin oleh proses persalinan dalam air.
Kekhawatiran utama adalah tidak ada jaminan kesterilan air yang digunakan untuk proses kelahiran. Itulah sebabnya Kemenkes RI masih belum mengizinkan hal ini dilakukan.
Keberadaan air yang belum tentu steril sebagai media dalam persalinan pasti meningkatkan risiko.
Air harus selalu diganti jika terkontaminasi dengan sesuatu, misalnya kotoran apabila ibu buang air besar di dalam air dan kemungkinan lainnya.
Selain infeksi baik pada ibu maupun bayi, risiko lain yang patut diwaspadai adalah meninggalnya bayi karena tenggelam ketika dilahirkan.
Baca Juga : Tak Perlu Kaget, Ini 5 Perubahan yang akan Terjadi pada Organ Intim Wanita Setelah Melahirkan
Angka bayi yang meninggal akibat tenggelam memang tidak banyak, namun tetap menjadi risiko yang perlu diwaspadai.
Kemudian, pengaturan suhu juga menjadi isu khusus. Bagaimana dalam proses water birth tidak dapat mengatur suhu yang tepat pada air /ruangan sesuai dengan kebutuhan bayi untuk bernapas dan juga kebutuhan ibu.
Perlu diketahui bayi menangis pertama kalinya ketika ia dilahirkan dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Hal ini menjadi salah satu kelemahan persalinan jenis ini.
Kemudian, risiko lainnya walau sangat kecil kemungkinannya adalah terjadinya komplikasi seperti suhu badan di bawah normal (hipertemia) dan terlalu banyak air di dalam tubuh (hiponatremia).
Sejauh ini belum ada bukti akurat yang membuktikan persalinan dalam air jauh lebih baik dari persalinan normal.
Tetapi, pilihan tetap ada di tangan Anda. (Tika Anggreni – Intisari April 2018)
Baca Juga : Anda Mengalami Baby Blues Syndrome Pascamelahirkan? Cek Kondisinya dengan Ini!
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR