Intisari-Online.com – Di seberang yang satu lagi tentu saja ada Korea Selatan. Meja di Panmunjom itu adalah tapal batas kedua negara yang bermusuhan tersebut dan oleh kedua pihak dipakai untuk menarik wisatawan.
Simak tulisan Hendry Ch. Bangun, Korea Utara Ada di Seberang Meja, yang pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Desember 1986 berikut ini.
Sehabis meliput Asian Games X lalu, saya ikut tour yang diadakan Main Press Centre AG X dengan Korean Press Club. Tujuannya Panmunjom dan terowongan Korea Utara, yang jaraknya sekitar 40 km dan Seoul. Ternyata wartawan mendapat lebih banyak keleluasaan dibandingkan turis biasa.
Kami bertolak tanggal 6 Oktober 1986 dengan bus wisata besar berkapasitas sekitar 46 penumpang, tetapi isinya hanya enam belas orang wartawan, antara lain dari Korea Selatan sendiri. Tour ini gratis, padahal kalau ikut tour biasa biayanya 28 dolar AS.
Baca Juga : 'Dokter Hantu': Menguak Sisi Gelap Operasi Plastik di Korea Selatan yang Bikin Merinding
Di kiri-kanan Jalan Raya I, yang panjangnya sampai ke Pusan, kota pelabuhan di selatan Korea Selatan, 431,9 km dari Seoul, memang indah, sawah menguning. Rumah penduduk kelihatan rapi dan bersih. Seperti juga di daerah kita, petaninya tak segan-segan menjemur gabah di pinggir jalan.
Ranjau di kolong jembatan
Suasana agak menegangkan mulai tampak setelah melewati Jembatan Kebebasan (Freedom Bridge) yang panjangnya sekitar 60 m di atas Sungai Imjin. Jembatan ini terbuat dari besi, namun lantainya kayu, yang berderak-derak jika dilewati kendaraan.
Secara bergantian mobil melewati jembatan yang cuma muat satu kendaraan itu. Di bawah sana pelampung-pelampung putih muncul di permukaan air, yang tak lain adalah ranjau untuk mencegah kemungkinan infiltrasi dari sungai.
Untuk melewati jembatan ini mobil hams punya izin. Lewat dari sini mulailah suasana agak lain. Di kiri-kanan tanaman seperti dibiarkan tumbuh liar. Kami melewati kamp milik Korea Selatan, Palang Merah Korea Selatan dan beberapa kamp lagi sebelum masuk ke Kamp Kitty Hawk, yang jaraknya hanya beberapa meter dari batas selatan DMZ (Demilitarised Zone).
Kamp ini merupakan markas United Nation Command Joint Security Area, yang terdiri atas berbagai kebangsaan.
Di kamp ini kami diajak masuk ke Gedung Bollinger, sebuah ruang briefing bagi mereka yang akan bertolak ke Panmunjom. Seorang tentara AS yang namanya Nelson memberi penjelasan mengenai sejarah DMZ dan yang terpenting pantangan-pantangan.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR