Kaisar Aurelianus mengambil tindakan. la menjangkau senjatanya dan mengirimkan pasukan untuk menyatakan ketidaksetujuannya pada tindak-tanduk ratu Palmyra yang berani itu. Tapi pasukannja dibuat kocar-kacir oleh Palmyra.
Aurelianus sebenarnya merasa tidak enak untuk berperang dengan wanita. Tapi disamping itu kaisar Romawi ini menyadari benar-benar bahwa wanita yang termasyhur kecantikannya itu bukanlah lawan yang bisa dipandang ringan.
Baca Juga : Pernah Sangat Berkuasa di Dunia, Kekaisaran Romawi Runtuh Karena 4 Hal Ini
Jadi iapun menulis surat ke Roma: “Rakyat Romawi membicarakan aku dengan penuh penghinaan, karena memerangi seorang wanita. Tapi mereka tidak tahu sifat dan kekuatan Zenobia".
Anak Zenobia di Mesir tidak dapat mempertahankan negara itu. Menjelang akhir 270, Mesir dirampas oleh Romawi dibawah pimpinan Probus. Aurelianus sendiri mengepalai pasukan besar ke Asia Kecil.
Benteng-benteng Palmyra di Chalcedon, Ancyra, dan Tyana dihancurkan dan tibalah pasukan Romawi di Antioch.
Zenobia ikut kemedan perang.
Baca Juga : 7 Senjata Canggih 'Bangsa Barbar yang Biadab' saat Menyerang Bangsa Romawi
Di Antioch ditempatkan tentara Palmyra dibawah pimpinan Zabda dan Zabbai. Zenobiapun ada disitu. Ratu Palmyra ini mengepalai tentaranya untuk menghadang Romawi, tapi sia-sia saja. Tentara Palmyra terpukul sehingga harus mundur kearah Emesa (kini Horns untuk pulang ke Palmyra).
Aurelianus menyerukan agar Zenobia menyerah, tapi dengan tegas Zenobia menolak. Di Emesa ratu Palmyra ini mengatur pula tentaranya. Pertarungan yang menentukan nasib Zenobia di Emesa berlangsung hebat sekali. Tapi Zenobia kalah juga. Mereka tidak dapat berbuat lain daripada pulang melalui gurun.
Perjalanan ini sukar. Aurelianuspun tidak gentar untuk mengejarnya.
Palmyra mempunyi perbentengan yang teguh dan persediaan pangan cukup banyak. Kota itun dikurung oleh Romawi. Zenobia mempertahankannya dengan nekat. Tapi Palmyra tidak sanggup menahan gempuran-gempuran musuh.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR