Tiga tahun kemudian, ia dipaksa mengundurkan diri lagi setelah serangkaian artikel yang mengritik Salafisme—gerakan Suni ultakonservatif di mana Wahabisme bermula—di Arab Saudi.
Khashoggi sempat “breal” dengan pemerintahan Arab Saudi ketika ia lebih fokus pada Musim Semi Arab yang melanda kawasan-kawasan Timur Tengah pada 2011 lalu.
Berpihak pada oposisi di Mesir dan Suriah, Khashoggi menjadi kritikus vokal atas sikap pemerintahnya sendiri dan menjadi pembela Islam moderat.
Posisi ini tentu membuatnya dianggap sebagai ancaman eksistensial oleh Arab Saudi.
Baca Juga : Tulisan Terakhir Jamal Khashoggi: Tetap Berisi Kritik Pedas, Bikin Kuping Kerajaan Arab Saudi Panas
“Ini adalah periode kritis dalam sejarah Arab. Saya harus mengambil posisi. Dunia Arab telah menunggu momen kebebasan ini selama seribu tahun,” ujar Khashoggi dalam sebuah tayangan televisi beberapa hari sebelum ia menghilang.
Dia juga pernah mengritik Putra Mahkota Mohammed Bin Salman seiring dengan putusnya hubungan diplomatik Arab Saudi dengan Qatar
Khashoggi juga mengritisi posisi Arab Saudi dalam perang Yaman dan kebijakan negaranya itu terhadap musuh bebuyutannya, Iran.
Dalam sebuah wawancara televisi bulan lalu, ia menyebut kebijakan luar negeri Arab Saudi yang “berpikiran sempit”.
Dan delapan hari setelah wawancara itu … ia menghilang!
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR