Selain minum sari buah, kami juga pergi ke Gereja Paraportiani yang arsitekturnya indah. Letaknya di pantai. Kami mendekati kerumunan orang dekat sebuah perahu nelayan. Rupanya sedang terjadi jual-beli hasil laut.
Beberapa wanita Mikonos tampak membeli sayur-mayur dan keperluan dapur dari seorang pria tua yang menjajakan dagangannya dengan kereta roda tiga. Setelah berjalan-jalan dan masuk ke bank, kami pergi ke sebuah rumah makan kecil.
Kemarin kami makan di sini: ayam goreng, ravioli, cumi goreng dll. Karena rasanya cocok, kami kembali ke sini. Rumah makan itu masih tutup. Pemilik bersikeras tidak mau membukanya sebelum pukul 12.00, berarti 45 menit lagi.
Baca Juga : Inilah Alasan Kenapa Orang-orang Mati Mendadak di Dekat ‘Pintu Gerbang Neraka' Yunani Kuno Ini
Padahal makanan dan pelanggan sudah siap. Karena kami dikejar waktu untuk kembali ke daratan Yunani, kami tidak jadi makan.
Terhambat pemogokan
Kami pun pulang untuk membereskan barang-barang kami dan membayar penginapan. Starvos dan istrinya, Anna, akan mengantar kami ke pelabuhan sekalian mencari pelanggan baru.
Pukul 14.00, dengan perut hanya diganjal sandwich, kami mulai antre untuk naik ke kapal. Tahu-tahu beberapa orang yang sedang antre berbincang-bincang dengan serius. Kemudian beberapa orang berbalik meninggalkan antrean.
Baca Juga : Athena Vs Sparta, Perang Terlama dalam Sejarah yang Berakhir dengan Kehancuran untuk Kedua Negara
Starvos dan istrinya tiba-tiba muncul memberi tahu dengan bahasa Inggris terpatah-patah bahwa hari itu tidak ada kapal karena ada pemogokan. la menyarankan kami kembali ke penginapannya.
Kami lantas mencari keterangan pada sesama calon penumpang. Dengan jengkel terpaksa kami tidak jadi berangkat. Kami tidak tahu apakah besok akan ada kapal, apakah karcis kapal Nayas II kami besok masih berlaku ataukah harus dikembalikan dan diganti dengan uang hari itu.
Percuma saja kami minta bantuan sebuah biro perjalanan, karena ia tidak mengurus kapal laut maupun penerbangan ke Athena. Kami buru-buru menuju kantor Olympic Airways.
Orang yang antre sudah panjang. Sebelum tiba giliran kami, karcis ke Athena sudah habis. Bukan hanya untuk hari itu, tetapi juga untuk esok dan lusa.
Baca Juga : Demi Ikut Upacara 17 Agustus, WNI di Athena Rela Cuti Kerja
Kalau ingin tiket untuk dua hari lagi, kami harus mendaftar dulu. Akhirnya dengan lelah dan kecewa kami harus kembali lagi ke tempat suami-istri Starvos. Mereka masih berada dekat kami.
Ayah berangkat duluan dengan mereka. Ibu dan saya pergi ke restoran kecil yang tadi masih tutup, untuk membeli makanan yang kami bawa ke rumah Starvos.
Esok siangnya kami sudah siap di dermaga, yaitu setelah mendapat keterangan dari sebuah biro perjalanan bahwa Nayas II akan berangkat ke Piraeus pukul 14.00. Akhirnya kami bisa meninggalkan juga Mikonos, walaupun hari itu kapal berangkat sejam terlambat.
Untunglah pada pukul 18.00, dari kapal, saya boleh menelepon teman di Athena, untuk memberi tahu bahwa kami baru akan tiba pukul 21.00, bukan pukul 19.00 seperti yang kami kabarkan kemarin.
Ongkos menelepon itu 200 drahma (± Rp 2.500,00). Ah, andaikata tidak terjadi pemogokan, pengalaman berkunjung ke Mikonos itu pasti lebih mengesankan lagi!
Baca Juga : Wow, Penduduk Pulau di Yunani Ini akan Dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamaian
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR