Baca Juga : Gereja Era Kolonial Berusia 400 Tahun yang Terlupakan Muncul Kembali Akibat Menyusutnya Permukaan Air Waduk
Tahun 1951, orang Indonesia di Suriname diharuskan memilih kewarganegaraan. Orang Jawa kelahiran Suriname punya hak otomatis untuk menjadi warga negara Belanda, tapi mereka juga punya hak untuk menolak.
Sedangkan mereka yang kelahiran Indonesia diharuskan memilih, mau menjadi Belanda atau Indonesia. Konon, orang-orang Jawa Suriname waktu itu jadi bingung mengambil keputusan.
Orang Jawa yang berniat menjadi Belanda terus-menerus menyebarkan isyu tentang ruginya menjadi Indonesia. Sebaliknya, mereka yang ingin pulang ke Jawa, meniupkan keuntungannya balik ke ibu pertiwi.
Orang yang cenderung ke Belanda diejek lawannya sebagai segawon- landi (anjing Belanda).
Baca Juga : 10 Perang Terlama dalam Sejarah, Salah Satunya Perang Aceh yang Bikin Belanda Frustasi
Dalam situasi ini, organisasi sosial Kaum Tani Persatuan Indonesia (KTPI) dan Pergerakan Bangsa Indonesia Suriname (PBIS), bersaing merebut hati masyarakat Jawa di Suriname.
PBIS akhirnya yang berhasil menghimpun peserta dan dana, serta sempat mengirim delegasi ke Jakarta. Pemerintah Indonesia kemudian memberi mereka daerah Tongar di Sumatra untuk tempat tinggal para repatrian Jawa dari Suriname.
Rombongan repatrian pertama baru berangkat tahun 1954. Tidak kurang dari 300 KK atau 1.011 jiwa, melaut dengan KM Langkoeas dan mendarat di Pelabuhan Teluk Bayur, Padang. Mereka segera diangkut menuju Tongar, Kabupaten Pasaman, sekitar 250 km dari Padang, Sumbar.
Setelah puluhan tahun menetap di sana, kebanyakan eks-repatrian ini lalu menyebar ke berbagai daerah di Sumatra. Mereka akhirnya banyak yang bermukim di Kampung Titian Antui-Duri, di Riau. Kampung itu kemudian bahkan terkenal sebagai Kampung Suriname.
Baca Juga : Penjara Indonesia Penuh Narapidana, Penjara Belanda Malah Butuh Napi Karena Kosong Melompong
Suriname sendiri, sejak merdeka tanggal 25 November 1975, diguncang kembali oleh keharusan memilih. Belanda atau Suriname? Orang-orang Jawa Suriname yang memilih Belanda kini mengelompok hidup antara lain di daerah Hoogezand, Groningen, Belanda. Di sana juga ada Kampung Suriname.
Suriname memang hanyalah negara anak bawang yang 'dimerdekakan' Belanda karena pertimbangan ekonomis. Namun, bagi keturunan orang-orang Jawa yang memilih tetap hidup di sana, Suriname kini adalah moederland mereka.
Sedangkan bagi orang-orang Jawa Suriname dan kerurunannya yang kini hidup di Sumatra, Suriname adalah masa lalu. Boleh jadi masa lalu yang pahit, tapi mungkin enak dikenang.
Baca Juga : Ratu Belanda Disebut Ningrat yang Paling Merakyat, Ini Asal Mula Julukan Tersebut
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR