Tips itu paling tidak bisa diterapkan untuk distresor lain yang tidak bisa diubah, seperti kehilangan orang yang dicintai atau menderita penyakit kronis yang divonis tak bisa sembuh.
Dua orang yang menderita kanker bisa saja memberikan respons yang jauh berbeda. Yang satu sampai depresi, tetapi yang lain tetap menikmati hidupnya dengan penuh semangat.
Baca Juga : Merasa Depresi? Ketahui 8 Hal Sederhana Ini untuk Menangani Depresi
Keduanya merasakan nyeri fisik yang sama, tetapi tingkat stres psikisnya bisa saja jauh berbeda, tergantung penerimaan terhadap kanker itu.
Dalam ungkapan para praktisi olahmental, “Musibah itu objektif, sedangkan menderita itu subjektif.”
Kita tidak bisa mengubah musibah yang sudah terjadi, tapi kita bisa mengubah cara pandang kita terhadap musibah itu.
Persis seperti nasihat Transito Ariza, tokoh ibu di film Love in the Time of Cholera kepada anaknya, Florentino, yang mengalami depresi berat karena kehilangan orang yang ia cintai, “Enjoy your pain”.
Dalam hidup, ada banyak hal tidak menyenangkan yang tidak bisa dihindari. Daripada tertekan, lebih baik kita menerimanya apa adanya.
Baca Juga : Tidak Tahan dengan Depresi Akibat Pelecehan Seksual, 3 Selebritas Ini Putuskan untuk Bunuh Diri
Aturan umum menghadapi stresor di atas pun bisa diterapkan pada distresor urutan ke-4 dan ke-6, yaitu problem hubungan dengan relasi, kawan, dan pasangan.
Ketika menghadapi masalah-masalah ini, kita harus selalu memetakannya lebih dulu, mana yang bisa diubah dan mana yang tidak.
Kita mungkin tidak dapat mengubah perilaku seseorang agar sesuai dengan keinginan kita. Tapi kita masih bisa mengubah sikap kita.
Dengan kata lain, perilaku kawan atau pasangan yang menyebalkan itu objektif, tapi jengkel dan marah itu subjektif. Itu tergantung kita.
Sebelum menyalahkan teman atau pasangan, ada baiknya kita melakukan koreksi diri terlebih dahulu. Tanpa kita sadari, mungkin saja stres dan depresi itu timbul karena kesalahan kita sendiri.
Mungkin kita terlalu perfeksionis dan terlalu menuntut orang lain untuk berperilaku seperti yang kita harapkan.
Jika tingkat depresi cukup berat dan semua cara sudah dicoba, namun tetap tidak berhasil, mungkin kita perlu mencoba sesuatu yang sama sekali baru dalam hidup.
Seperti yang dilakukan Elizabeth Gilbert, penulis memoar Eat, Pray, and Love.
Setelah mengalami depresi akibat kegagalan dalam urusan cinta, Gilbert memutuskan berkelana sampai akhirnya menemukan cinta dan kedamaian di Bali.
Sebuah tempat yang seperti kata Mr. Joger, “Everyday is holiday, he he he …”.
Baca Juga : Sering Dikaitkan dengan Depresi hingga Beragam Penyakit, Inilah Akibat Kebiasaan Buruk Menggigit Kuku
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR