Sebelumnya, AR Sugeng Riyadi, Kepala Pusat Astronomi Assalaam, mengatakan, fenomena tersebut terjadi karena posisi matahari berada tepat di atas suatu wilayah.
"Fenomena tersebut tidak terjadi pada hari yang sama, tergantung dengan posisi lintangnya, dan berdasar perhitungan pergeseran Matahari, fenomena tersebut terjadi dua kali dalam setahun," kata AR. Sugeng.
Saat fenomena itu terjadi, bayangan sebenarnya tidak hilang tetapi jatuh tepat di atas bendanya.
Jadi manusia tak bisa melihatnya.
Fenomena itu terjadi dua kali dalam setahun.
Untuk wilayah yang dilewati garis khatulistiwa seperti Pontianak, fenomena ini terjadi setahun 2 kali yakni setiap 21 Maret dan 23 September.
Peristiwa tersebut terjadi karena bumi beredar mengitari matahari pada jarak 150 juta kilometer dengan periode sekitar 365 hari.
Baca Juga : Menengok Monas di Zaman Baheula
Source | : | kompas.com |
Penulis | : | intisari-online |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR