Intisari-Onlie.com – Pada 10 Oktober 1911 terjadi pemberontakan di Wuchang, Tiongkok, yang menjadi awal dari revolusi besar untuk menggulingkan Dinasti Qing (berkuasa sejak 1644). Berkaitan dengan revolusi itu, kaum revolusioner membentuk Republik Tiongkok pada 1 Januari 1912. Sun Yat-Sen ditunjuk sebagai presiden sementara republik baru ini.
Mengenai sepak terjangnya, berikut ini tulisan Dali Santun Naga, Guru Besar Universitas Tarumanegara, Sun Yat-Sen, Sanminzhuyi, dan Sopir Taksi, yang pernah tayang di Majalah Intisari edisi November 2009.
Nama Sun Yat-Sen pun berkibar, sekaligus dipertanyakan. Mengapa dia yang diangkat jadi presiden? Padahal ia tidak langsung terlibat dalam pemberontakan.
Usut punya usut, ternyata Sun Yat-sen dipilih karena ia memiliki hubungan luas di dalam dan luar negeri, serta memiliki konsep yang jelas tentang dasar negara. Meski di balik itu, ia juga manusia biasa yang kerap mengalami kegagalan dalam kehidupan.
Baca Juga : Atlet Asal Tiongkok Jadi Viral di Twitter Setelah Tertangkap Kamera Minum Santan, Aneh-aneh Saja
Sun Yat-sen dilahirkan pada 12 November 1866 di distrik Xiangshan, Provinsi Guangdong. Lahir di tengah keluarga bermarga Sun, ia diberi nama Wen sehingga menjadi Sun Wen.
Selanjutnya ia menggunakan alias Yixian yang dalam dialek Guangdong dilafalkan sebagai Yat-sen. Dari situ muncullah nama Sun Yat-sen.
Banyak tahun kemudian, ketika berada di Jepang, ia menggunakan alias Zhongshan yang dalam bahasa Jepang dilafalkan sebagai Nakayama (artinya gunung).
Disekap perwakilan Tiongkok
Baca Juga : Bukan Emas atau Uang, Ini Harta Karun Tiongkok yang Ditemukan di Laut Jawa Indonesia
Saat masih kecil, Sun Yat-sen telah mendengar cerita dari veteran Taiping Tianguo tentang keadaan Negeri Tiongkok di bawah Dinasti Qing.
la mengetahui betapa bobroknya Pemerintah Qing pada saat itu. Sementara pada waktu itu kakaknya yang berada di Honolulu, Hawaii, sukses jadi pedagang.
Pada usia 13 tahun, ia pergi ke Honolulu dan tinggal di rumah kakaknya. Di sini ia bersekolah sehingga menguasai bahasa Inggris dengan baik. Menginjak usia 17, Sun Yat-sen kembali ke Tiongkok dan melihat keadaan negara semakin bobrok.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR