Murad sempat meminta militan lain untuk membawanya karena Murad tidak mau dibawa Salman.
Namun, Salman adalah seorang hakim ISIS dan tidak ada seorang pun yang berani padanya.
Murad dibawa ke rumah baru Salman untuk dijadikan budak ke empatnya.
Di sana, Murad disuruhnya berdandan dan kerap diperkosa.
Murad juga sering menghukumnya jika tidak senang dengan hasil pekerjaan rumah Murad.
Baca Juga : Donald Trump Jadi Bahan Tertawaan Gegara Ada Tisu Toilet yang Nyangkut di Sepatunya
Murad diancam jika berani melarikan diri, namun Murad berkali-kali mencoba melarikan diri.
Alhasil, dia dihukum dengan dikirim ke enam laki-laki lain yang akhirnya memperkosanya.
Singkat cerita, Murad akhirnya lolos dari penculikan ISIS.
Dia diselundupkan keluar dari Irak pada awal 2015 dan pergi sebagai pengungsi ke Jerman.
Dia pun mulai berkampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang perdagangan manusia.
Bulan November 2015, setahun tiga bulan setelah ISIS datang ke kota kelahirannya di Kocho, Murad meninggalkan Jerman untuk pergi ke Swiss.
Di sana, dia berbicara dengan forum PBB mengenai isu-isu minoritas.
Itu adalah pertama kalinya dia menceritakan kisahnya di depan banyak penonton.
Dia ingin berbicara banyak hal, mengenai anak-anak yang meninggal karena dehidrasi karena melarikan diri dari ISIS, keluarga-keluarga yang masih terdampat di gunung, ribuan wanita dan anak-anak yang masih terdampar di gunung, serta apa yang dilihat orang di lokasi pemabantaian tersebut.
Dia mengatakan bahwa dunia perlu tahu tentang apa yang terjadi pada Yazidi.
Murad bercerita mengenai genosida dan kejahatan kemanusiaan.
Dia harus memberi tahu penonton tentang Hajji Salman dan saat memperkosa dirinya dan semua kekerasan yang disaksikannya.
Memutusan untuk jujur adalah keputusan paling sulit dalam hidup Murad, namun sekaligus yang paling penting.
Kisahnya yang dikatakan dengan jujur tanpa basa-basi adalah senjata terbaik yang dia miliki untuk melawan terorisme dan berencana menggunakannya sampai para teroris itu diadili.
Pada September 2016, UN Office on Drugs and Crime menunjuknya sebagai duta korban perdagangan manusia yang selamat.
Saat itu, dia juga dinominasikan untuk mendapatkan Nobel Perdamaian.
Murad juga dianugerahi Penghargaan Hak Asasi Manusia Vaclav Havel oleh Dewan Eropa pada tahun 2016.
Dia menyerukan pengadilan internasional untuk menilai kejahatan yang dilakukan ISIS dalam pidato penerimaannya di Strasbourg.
Murad adalah orang Irak pertama yang memenangkan penghargaan, diberi nama duta besar PBB untuk korban selamat perdagangan manusia pada tahun itu.
Dan saat ini, dia telah terpilih menjadi salah satu penerima Hadiah Nobel Perdamaian 2018.
Baca Juga : Siapa Bilang Wanita Lebih Bawel? Penelitian Justru Buktikan Bahwa Laki-laki yang Tidak Bisa Berhenti Bicara
Source | : | BBC,The Guardian |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR