Advertorial
Intisari-Online.com - Hadiah Nobel Perdamaian 2018 telah diberikan kepada Nadia Murad dan Denia Mukwege pada Jumat (6/10) atas upaya mereka melawan kekerasan seksual dalam perang.
Murad sendiri adalah seorang Yazidi Irak yang disiksa dan diperkosa oleh militan ISIS.
Kemudian dia menjadi 'wajah baru' yang mengkampanyekan pembebasan orang-orang Yazidi.
Murad diculik bersama perempuan Yazidi lainnya pada Agustus 2014 ketika desanya Kocho di Sinjar, Irak Utara diserang ISIS.
Baca Juga : Kisah Nadia Murad sebagai Budak Seks ISIS dan Bagaimana Ia Berhasil Melarikan Diri
Murad ditangkap bersama saudara perempuannya. Dia juga kehilangan enam saudara laki-laki, serta ibunya.
Murad ditangkap, diperbudak, dijual, diperkosa, dan disiksa di hadapan pasang mata orang-orang sebangsanya.
Melalui bukuotobiografinya yang berjudul The Last Girl: My Story of Captivity dan My Fight Against the Islamic State, Murad bercerita saat dirinya dan gadis-gadis lainnya menjadi tawanan militan ISIS.
Pada malam hari, saat para militan pria mulai memasuki ruangan mereka, para gadis berteriak seolah ada ledakan besar.
Baca Juga : Hendak Lawan McGregor, Ini Sosok Khabib Nurmagomedov yang Dinilai Misterius
Para pria itu mondar-mandir di sekeliling ruangan, memandangi para gadis satu-persatu, sementara para gadis berteriak dan memohon.
Militan tersebut tertarik pada gadis yang paling cantik.
Kemudian mereka bertanya pada penjaga apakah gadis-gadis tersebut masih perawan.
Ketika penjaga mengiyakan, para militan itu pun mulai meraba tubuh para gadis sesuka mereka, seolah mereka adalah binatang.
Baca Juga : Pernah Ditinggali Selama Jadi Calon Intelijen KGB, Penampakan Kamar Asrama Vladimir Putin Terkuak
Ketika para militan menyuruh para gadis untuk tetap tenang, namun hal itu jutsru membuat mereka menjerit keras.
Murad dan gadis lainnya juga melakukan perlawanan, namun para militan yang lebih kuat tak segan menyiksa mereka.
Kemudian, militan tingkat atas bernama Hajji Salman datang.
Murad terdaftar sebagai salah satu budak (sabiyya), lengkap dengan foto identitas yang akan disebar ke seluruh militan jika ia nekat melarikan diri.
Baca Juga : Inilah Kumpulan Meme Viral Terkait Hoaks Ratna Sarumpaet
Murad sempat meminta militan lain untuk membawanya karena Murad tidak mau dibawa Salman.
Namun, Salmanadalah seorang hakim ISISdan tidak ada seorang pun yang berani padanya.
Murad dibawa ke rumah baru Salman untuk dijadikan budak ke empatnya.
Di sana, Murad disuruhnya berdandan dan kerap diperkosa.
Murad juga sering menghukumnya jika tidak senang dengan hasil pekerjaan rumah Murad.
Baca Juga : Donald Trump Jadi Bahan Tertawaan Gegara Ada Tisu Toilet yang Nyangkut di Sepatunya
Murad diancam jika berani melarikan diri, namun Murad berkali-kali mencoba melarikan diri.
Alhasil, dia dihukum dengan dikirim ke enam laki-laki lain yang akhirnya memperkosanya.
Singkat cerita, Murad akhirnya lolos dari penculikan ISIS.
Dia diselundupkan keluar dari Irak pada awal 2015 dan pergi sebagai pengungsi ke Jerman.
Dia pun mulai berkampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang perdagangan manusia.
Bulan November 2015, setahun tiga bulan setelah ISIS datang ke kota kelahirannya di Kocho, Murad meninggalkan Jerman untuk pergi ke Swiss.
Di sana, dia berbicara dengan forum PBB mengenai isu-isu minoritas.
Itu adalah pertama kalinya dia menceritakan kisahnya di depan banyak penonton.
Dia ingin berbicara banyak hal, mengenai anak-anak yang meninggal karena dehidrasi karena melarikan diri dari ISIS, keluarga-keluarga yang masih terdampat di gunung, ribuan wanita dan anak-anak yang masih terdampar di gunung, serta apa yang dilihat orang di lokasi pemabantaian tersebut.
Dia mengatakan bahwa dunia perlu tahu tentang apa yang terjadi pada Yazidi.
Murad bercerita mengenai genosida dan kejahatan kemanusiaan.
Dia harus memberi tahu penonton tentang Hajji Salman dan saat memperkosa dirinya dan semua kekerasan yang disaksikannya.
Memutusan untuk jujur adalah keputusan paling sulit dalam hidup Murad, namun sekaligus yang paling penting.
Kisahnya yang dikatakan dengan jujur tanpa basa-basi adalah senjata terbaik yang dia miliki untuk melawan terorisme dan berencana menggunakannya sampai para teroris itu diadili.
Pada September 2016, UN Office on Drugs and Crime menunjuknya sebagai duta korban perdagangan manusia yang selamat.
Saat itu, dia juga dinominasikan untuk mendapatkan Nobel Perdamaian.
Murad juga dianugerahi Penghargaan Hak Asasi ManusiaVaclav Havel oleh Dewan Eropa pada tahun 2016.
Dia menyerukan pengadilan internasional untuk menilai kejahatan yang dilakukan ISIS dalam pidato penerimaannya diStrasbourg.
Murad adalah orang Irak pertama yang memenangkan penghargaan, diberi nama duta besar PBB untuk korbanselamat perdagangan manusia pada tahun itu.
Dan saat ini, dia telah terpilih menjadi salah satu penerimaHadiah Nobel Perdamaian 2018.
Baca Juga : Siapa Bilang Wanita Lebih Bawel? Penelitian Justru Buktikan Bahwa Laki-laki yang Tidak Bisa Berhenti Bicara