"Prasasti ini memuat urusan administratif dan komersial masyarakat Mardama," ungkap Pfalzner, yang pada saat itu menjadi pimpinan tim penggalian.
Baca Juga : Mantan Budak Seks ISIS yang Berhasil Melarikan Diri Itu Kini Diganjar Hadiah Nobel Perdamaian
Prasasti lain, yang ditemukan di situs arkeologi lainnya mengatakan bahwa Mardaman pernah menjadi kerajaan yang merdeka hingga akhirnya semakin berkembang.
Dalam sejarahnya, Mardaman pernah diserang dan mengalami kehancuran di beberapa bagian kota, tetapi penduduk membangun kembali kotanya.
Pot yang memuat prasasti di dalamnya, ditemukan dalam kondisi terbungkus tanah liat.
Baca Juga : Si Balita 'Mencabik-cabik' Uang Jutaan Rupiah, Orangtuanya Bukannya Marah Justru Tertawa Bahagia
Hal ini menggambarkan usaha masyarakat Mardaman saat itu untuk mengamankan prasasti di dalamnya.
"Prasasti disembunyikan dengan cara ini, beberapa saat setelah kota dikepung dan bangunan-bangunan dihancurkan. Mungkin informasi dalam prasasti ini dilindungi untuk diwariskan pada anak cucu mereka," ucapnya.
"Mardaman berkembang menjadi kota yang cukup berpengaruh karena berada di jalur perdagangan antara Mesopotamia, Anatolia, dan Suria. Saat itu Mardaman adalah memiliki kekuatan besar di Mesopotamia," ucap Pfalzner.
Tim arkeolog dari Tubingen memulai proyeknya pada tahun 2013.
Baca Juga : Hari Guru Sedunia: Inilah 10 'Quote' Paling Inspiratif Tentang Guru dan Pendidikan
Proyek penggalian mereka adalah ekskavasi besar pertama yang dilakukan di kota tersebut.
Penemuan lain berupa patung orang telanjang pernah ditemukan di situs itu pada 1960.
Sampai saat ini penggalian terus dilanjutkan.
Pfalzner merasa lega kota kuno Mardaman terhindar dari penjarahan seperti yang terjadi pada situs-situs lainnya di Irak.
Baca Juga : Bangga, Siswa-Siswi SD Indonesia Rebut 23 Medali dalam Olimpiade Sains Internasional
Artikel ini pernah tayang di nationalgeographic.grid.id dengan judul "Penemuan Kota Kuno Berumur 4.800 Tahun di Irak, Kota Mardaman"
Source | : | nationalgeographic.grid.id |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR