Misalnya untuk temperature sensor, kondisi aman jika 35 derajat selsius, siaga jika temperatur antara 35 sampai 45 derajat selsius dan potensi bencana jika di atas 45 derajat selsius," ujar Rizka.
Baca Juga : Pencungkilan Mata dan Pemotongan Alat Vital di Film G30S/PKI Ternyata Tak Sesuai dengan Hasil Forensik
Energi yang digunakan ileh alat ini masih menggunakan baterai. Kedepan, ia akan mengembangkan alat tersebut agar dapat menggunakan panel surya sebagai sumber energinya.
Mereka juga akan mengembangkan alat tersebut supaya bisa mendeteksi jenis bencana lainnya seperti gempa bumi, tsunami dan jenis bencana lainnya.
Inovasi alat deteksi bencana itu sudah membuahkan prestasi dengan mendapatkan penghargaan medali emas dalam kompetisi The 5th International Young Inventors Awards (IYIA) 2018 di Bali pada 19-22 September 2018.
Kompetisi itu diselenggarakan oleh asosiasi pemenang kompetisi penelitian atau inovasi nasional dan internasional INNOPA (Indonesian Invention and Innovation Promotion Association) dan diikuti oleh 15 negara.
Baca Juga : UNS Solo Janji Bebaskan Biaya Kuliah 2 Mahasiswa Sekaligus Atlet Difabel Asian Para Games
Source | : | kompas |
Penulis | : | Masrurroh Ummu Kulsum |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR