Intisari-Online.com – Berada di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi, berdiri rumah peninggalan pahlawan nasional Dr. Radjiman Wediodiningrat.
Rumah tersebut termasuk bangunan tua yang berumur 140 tahun lebih tetapi masih terawat hingga kini.
Radjiman tinggal di rumah itu sejak tahun 1938, dua tahun setelah dibeli dari orang Belanda bernama Nicholas Leonard van Deuning pada 1936.
Di rumah itulah, salah satu pendiri dan ketua Boedi Oetomo 1914-1915, serta ketua Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Usaha (BPUKI) ini menghabiskan masa tuanya hingga menutup mata, 20 September 1952.
Baca Juga : Catat! Ini Daftar Lengkap Caleg Eks Koruptor pada Pemilu Legislatif 2019
Rumah dengan pekarangan yan sangat luas didominasi warna hijau dan putih ini oleh masyarakat setempat biasa disebut dengan "Kanjengan".
Seperti dikutip dari buku biografinya yang dikarang oleh Soebaryo Mangunwidodo, meski sebagai seorang dokter, Radjiman juga memiliki karier politik yang begitu cemerlang.
Dari situlah, kita dapat mengetahui sikap Radjiman dalam memecahkan permasalahan bangsa.
Ia selalu konsisten pada ucapan-ucapa serta tulisannya, baik mulai kongres Boedi Oetomo I, 3 - 5 Oktober 1908 hingga akhir khayatnya.
Tokoh-tokoh penting negara ini begitu menghormatinya, hingga akhir khayatnya pun, Presiden Soekarno menyempatkan untuk datang memberikan penghormatan terakhir ke rumah Radjiman di Dirgo.
Ketokohan Radjiman serta kariernya politiknya yang gemilang tetap dihormati hingga kini, tak hanya oleh masyarakat biasa melainkan juga kalanagan pejabat, hingga orang-orang yang ingin menjadi pejabat.
Hal ini dapat terlihat saat musim pemilhan umum seperi saat ini.
Menurut Sadimin, juru kunci rumah Radjiman sejak tahun 1990, biasanya banyak orang-orang yang mencalonkan diri sebagai DPRD di sekitar daerah itu, hingga Kepala Desa, akan bertamu ke Kanjengan.
Penulis | : | Masrurroh Ummu Kulsum |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR