Pada tahun kesembilan pemerintahannya, ia mengirim tim ekspedisi perdagangan ke Punt, diduga Somalia sekarang.
Di muka umum, Hatschepsut selalu memakai pakaian pria, bahkan Ka, simbol rohaninya, digambarkan sebagai remaja putra. Namun pada dasarnya ia tetap wanita yang merindukan cinta. Untuk itu ada Senmut.
Baca Juga : Resep Pembuatan Permen Sudah Ditulis di Makam Firaun
Pria itu masuk istana seteIah kematian ayah Hatschepsut. Sebagai ahli pemerintahan dan organisator yang baik, dukungannya memang sangat membantu. Sebagai itelektual yang berwawasan, dari dialah lahir rencana membangun kuil untuk Hatschepsut di Deir-el-Bahri.
Bahkan barangkali kedekatan pribadi pula yang mendorongnya merancang sebuah kuburan bagi dirinya sendiri di salaha statu ruangan di bawah kuil tersebut, agar di keabadian pun ia tetap berdekatan dengan wanita penguasa Mesir itu. Maka tak heran jika Hdtschepsut menganugerahinya jabatan dan kekayan.
Namun pada ahun ke-16 pemerintahan Hatschepsut, Senmut didesas-desuskan terlibat korupsi, menyalahgunakan kekuasaan, dan tidak setia. Apa yang menimpa Senmut selahjutnya, tak jelas. Kubur yang dibuatnya tetap kosong dan ia mendadak hilang dari catatan sejarah.
Baca Juga : Di Balik Riasan Mata Cleopatra yang Mempesona, Ternyata Ada Fungsi 'Ajaib' yang Jarang Diketahui Orang
Pada tahun yang sama pula Neferure meninggal. Enam tahun kemudian, Hatschepsut menyusulnya dalam usia 45 tahun. Setelah 22 tahun memerintah, wanita ini meninggalkan sebuah pemerintahan yang kuat dan negara yang teratur. Bahkan penggantinya, Thutmosis III, mengakuinya seabgai firaun yang berhasil.
Namun fitnah terus mendera wanita kuat ini. Ia dikatakan sebagai si perebut tahta, sampai patung-patugnnya banyak dihancurkan oleh penerusnya. Makamnya pun kosong saat dibuka oleh Howard Carter pada 1904 bersamaan dengan penemuan makam Tutankhamun.
Menurut ahli budaya Mesir, Angelika Tulhoff dalam Thutmosis III, perusak peninggalakannya diduga adalah Ramses II (1250 SM), yang sangat anti pada figur wanita sebagai penguasa Mesir. (Michael S. Buhl/Als)
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR