"Bagaimana Bandrio? Kamu setuju?" Tanya Bung Karno.
Baca Juga : Penumpasan Gerakan 30 September Menjadi Semakin Tak Terkontrol ketika Ormas Anti-PKI Ikut Terlibat
"Bagaimana lagi? Bisa berbuat apa saya? Bapak telah berunding tanpa kami diikutkan."
"Tetapi kamu setuju?" desak Bung Karno.
"... kalau bisa, sebenarnya perintah lisan saja."
Menurut Soebandrio, mendengar ucapan dia, ketiga jenderal di hadapannya langsung melotot.
Amirmachmud segera turun tangan, "Bapak Presiden, tandatangani saja. Bismillah saja, Pak."
Baca Juga : Sikap Peragu Bung Karno Jadi Salah Satu Penyebab Soeharto Berani Tumpas PKI Secara Membabi Buta
Pertemuan lama, diselingi Bung Karno istirahat, makan siang, hingga selepas magrib itu berakhir dengan tanda tangan Bung Karno.
Sebelas orang berada di ruang tengah Istana Bogor. Soebandrio, Leimena, Chaerul Saleh, Basuki Rachmat, M. Jusuf, Sabur, Amirmachmud, Mangil, Kardjono, Hartono, dan Ibrahim Adjie. Panglima Siliwangi Mayjen Ibrahim Adjie langsung ke Bogor begitu diberitahu ada tiga jenderal AD datang.
Pertemuan usai ketika jarum jam menunjuk angka 20.55. Ajakan Bung Karno kepada tiga jenderal tamunya untuk makan malam ditolak secara halus.
Mereka kembali ke Jakarta membawa mandat tertulis Presiden Sukarno kepada Menteri Pangad Letjen Soeharto.
Apakah terjadi penodongan?
"Mana mungkin? Tidak seorang pun boleh membawa senjata ketika menghadap Bapak," kata Mangil.
Baca Juga : Begini Pengakuan Tan Po Goan, Sosok Pengacara Anti-PKI yang Pernah Membela Aidit dan Lukman di Pengadilan
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR