Menurut Hartini, "Suasana hari itu sangat tegang. Raut muka Bapak suram dan bolak-balik membaca rancangan naskah dengan tangan gemetar."
Sewaktu dimintai tanggapan, Chaerul Saleh mengatakan, "Het is beter, dot U tot God gaat bidden en vrugt zijn antwoord (Lebih baik berdoalah dulu ... mohon petunjuk Tuhan)."
Baca Juga : Dokumen Rahasia Kedubes AS: Jaminan CIA, Kunci Keberanian TNI AD Tumpas PKI
Komentar Leimena lugas, "No comment. Ik laat het helemaal aan U over (Tak ada komentar. Semuanya terserah kepada pertimbanganmu.)"
Sementara Soebandrio mengingatkan, "Als u deze brief tekent dan valt U in de trap (Jika surat itu sudah ditandatangani, sama saja artinya kamu masuk perangkap)."
Beberapa kali dilakukan perbaikan, tapi agaknya Bung Karno tidak berhasil menemukan langkah lain kecuali memberikan persetujuan.
Surat dibawa Kolonel Udara Kardjono, ajudan Presiden, dan diberikan kepada Mayor (Inf) Ali Ebram, perwira Seksi I Tjakrabirawa, untuk diketik.
Komentarnya, "Saya merasa ngetiknya agak lama, karena tidak biasa ngetik dan isinya, ketika mulai saya baca, kok serem."
Baca Juga : Soal Film G30S/PKI Versi Kekinian, Begini Tanggapan Putri Mendiang AH Nasution
Setelah surat kembali kepada Bung Karno, Sabur memberi tambahan komentar, "secara administratif, surat ini memang punya kekeliruan karena kata pertama pada lembar kedua tidak tercantum pada baris terakhir halaman pertama, sebagaimana kebiasaan surat resmi."
Ali Ebram kaget. Dalam hati ia mengaku, "Wah, itu jelas kesalahan saya."
Amirmachmud langsung menukas, "Sudahlah, dalam revolusi tidak usah njelimet."
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR