Intisari-Online.com - "Anak saya tidak mungkin bisa hidup lagi, tetapi saya tidak ingin orang lain menjadi korban kekejaman dan tindakan yang tidak manusiawi," kata Marhainee Mohamad yang kini menginjak usia 40 tahun.
Dia bercerita ketika tindakan untuk mengirim dua anaknya ke pengasuh anak, agar dia bisa membantu suaminya mencari nafkah merupakan pengalaman yang mengerikan baginya.
Meskipun dia baru saja mengirim anak-anaknya selama satu bulan, tetapi waktu yang terhitung singkat itu telah menyebabkan dia kehilangan putrinya yang masih berusia 1 tahun 5 hari dan putranya yang berusia 4 tahun kini mengalami trauma.
"Karena anak-anak dikirim ke pengasuh, anak sering demam, tubuhnya juga menjadi kurus."
Baca Juga : Mengeluh Sakit, Wanita Ini Kejutkan Dokter Setelah Kura-kura Mati Ditemukan dalam Organ Intimnya
"Dahi dan tubuh anak memiliki memar, lehernya juga ada garis merah, namaun saat itu saya percaya alasan pengasuh anak saya yang mengatakan itu luka akibat jatuh ke sofa karena anak sangat aktif saat bermain."
"Sampai suatu hari, adik ipar memergoki pengasuh anak itu menjepit tangan anak lain yang berusia 1 tahun 3 bulan."
"Setelah kejadian itu saya tidak lagi mengirim anak-anak ke pengasuh," katanya.
Dia mengatakan meskipun anaknya meninggal ketika tidak lagi di bawah perawatan pengasuh, dia yakin kekerasan fisik masih ada.
"Efeknya tidak langsung dirasakan, tetapi seminggu setelah itu putra sulung saya menjadi traumatis dan perilakunya berubah menjadi agresif, bahkan mengeluarkan kata-kata kasar yang tidak pernah kami ajarkan."
"Dia kini sedang menjalani konseling dan perawatan psikologis."
"Dia tidak suka ketika saya memanggil pengasuh, atau menyebut adiknya yang telah tiada," katanya.
Baca Juga : Ini Dia Cara Mengatasi Biduran Tanpa Obat
Source | : | sinarharian.com.my |
Penulis | : | Adrie Saputra |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR