Sepanjang jalan yang membelah kota dari utara ke selatan itu terdapat banyak jalur penyeberangan. Buku panduan wisata pun merekomendasikan untuk mencoba menyeberangi dengan memanfaatkan jalur penyeberangan dan median pembagi jalan. Rasanya, sulit dibayangkan, tapi tentu menjadi pengalaman tak terlupakan.
Baca Juga : Meski Kalah Dalam Pertempuran, Pasukan Argentina Malah Dipuji Pasukan Elite Inggris yang Menaklukkanya
Kabarnya tiap bulan Oktober pohon-pohon di pinggir jalan tidak lagi punya daun tapi penuh bunga ungu. Beruntung meski datang bulan Februari kami masih melihat beberapa pohon berhiaskan bunga ungu, meski tidak penuh betul. Ada jugd pohon yang memamerkan bunga merah jambunya.
Gedung opera yang juga kami lewati, semarak dengan lampu-lampu hias nan indah. Konon gedung dengan kapasitas 2.500 tempat duduk dan 500 tempat berdiri itu dilengkapi akustik yang bagus sekali. Opera Aida lengkap dengan kuda-kuda naik pentas pernah tampil .di sana.
Gedung Pemerintahnya ngepink
Keesokan harinya kami melakukan wisata kota. Sebelum berangkat kami mendapat saran untuk tidak menukar dolar AS dengan Peso. Bila berbelanja, langsung saja membayar dengah dolar AS.
Baca Juga : Tak Mau 'Sakiti' Palestina, Argentina Batalkan Laga Persahabatan Versus Israel
Penyebbnya, kalau kami masih punya sisa Peso, tidak bisa ditukar kembali ke dalam dolar AS. Karena mengikuti Currency Board System (CBS)-nya Steve Hanke, secara resmi AS $ 1 .= 1 Peso. Akibatnya segelas Coca-Cola harganya bisa AS $ 3.
Tempat pertama yang kami kunjungi adalah katedral, terletak di sebuah taman yang tidak terlalu luas, yakni Main Square atau Plaza de Mayo.
Di lapangan itu ada tugu peringatan Liberty kemerdekaan dari Spanyol tanggal 25 Mei 1810.
Plaza de Mayo (Mayo Square) yang didirikan atas inisiatif Juan de Garay tahun 1580 menjadi saksi atas semua peristiwa politik di Argentina. Bangunan berbeda dari periode berbeda ada di sekitarnya, yakni gedung pemerintahan nasional atau Gedung Merah Jambu, Cabildo atau baled kota, Katedral Metropolitan, dan gedung bank.
Baca Juga : Ketika Pasukan Komando Inggris Membantai Tentara Argentina dalam Perang Brutal di Falkland pada 1982
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Aulia Dian Permata |
KOMENTAR