Namun potensi tempur lebih berbahaya dimiliki oleh pesawat tak berawak ini, dengan daya jelajah yang lebih luas tanpa takut di kekurangan bahan bakar.
Dikatakan jika jarak serangan F-18 mungkin hanya dalam radius 804 Km saja, namun dengan rekayasa pengisian bahan bakar memungkinkan untuk pesat ini lebih mendekat lagi.
Baca Juga : 'Hanya' Terima 1.000 Imigran Yahudi Asal Etiopia, Israel Dianggap Diskriminatif
Hal itulah yang akan membuat serangan F-18 dan F-35 C semakin berbahaya dan memiliki kemampuan tempur jarak dekat, sebab operatornya berada jauh dari pesawat.
Kehadiran pesawat tak berawak memang cukup meresahkan dan menjadi ancaman kapal induk China.
Meskipuan secara umum Rudal China DF-21D dan DF-26 anti-kapal mampu menghancurkan target sejauh 1448 Km, pesawat tak berawak justru bisa mendekat dengan operator yang berada jauh dari pesawat.
Selain itu, Angkatan Laut dengan cepat mengembangkan senjata pertahanan berbasis kapal, aplikasi peperangan elektronik, laser dan teknologi yang mampu mengidentifikasi dan menghancurkan mendekati rudal jelajah anti-kapal.
Baca Juga : Belum Resmi Rilis, Xiaomi Redmi Note 6 Pro Sudah Bocor, Yuk Intip Sepesifikasi dan Harganya
Teknologi ini menggabungkan sistem radar dan pengendalian kebakaran berbasis kapal dengan sensor udara dan rudal dual-mode SM-6 untuk melacak dan menghancurkan ancaman yang mendekat dari luar cakrawala.
Senjata laser dan senjata rel berbasis kapal, di samping itu, juga bisa menjadi senjata pertahanan kapal berbiaya rendah.
Proses rekayasa ini sejauh ini telah diarahkan pada upaya teknis, MQ-25A Stingray dan analisis tugas mencakup kemampuan kendaraan udara dan kesesuaian operator.
Source | : | national interest |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR