Untuk kali pertama jenderal mayor Sungkono dari divisi Brawijaya mengadakan pertemuan dengan pers di Hotel Oranye Surabaya. Baru saja pasukan TNI memasuki kota tersebut.
Pada kesempatan itu saya ajukan pertanyaan: “Benarkah bahwa Tan Malaka sudah meninggal dunia?". Jawabnya singkat: “Saya dengar memang demikian!".
“Dimana?" “Sepanjang pendengaran saya di suatu tempat di Jawa Timur".
Dan beliau tidak bersedia lagi menguraikan lebih jelas dan panjang mengenai hal itu. Pembicaraan lalu diarahkan ke persoalan lain.
Setengah orang ada yang mengatakan, bahwa Tan Malaka ditembak oleh tentara serta mayatnya dicemplungkan di sungai Brantas.
Setengah orang lagi berteori bahwa yang membunuh Tan Malaka ialah orang-orang PKI.
Sebabnya ialah karena hingga kini tidak ada orang yang tahu di mana kuburnya Tan Malaka.
Oleh PKI memang disengaja hendak dihapus jejak Tan Malaka, sebagaimana mereka juga menghapus jejak dokter Mawardi (Barisan Banteng) yang telah mereka culik dan bunuh di Solo.
Dan kita ingat saja bagaimana orang-orang komunis juga berusaha hendak menghilangkan jejak para jenderal yang telah mereka bunuh pada Hari Naas tanggal 1 Oktober pagi hari itu.
Kuburan mereka hendak mereka tutup-tutupi dan hendak mereka hilangkan, agar khalayak ramai tidak dapat mengetahuinya.
Meneliti praktek-praktek PKI begitu itu orangpun tidak dapat menyalahkan, apabila ada orang yang mempunjai teori bahwa kematian Tan Malaka karena dibunuh kaum komunis juga.
Wallahu'alam bissawab.
Baca Juga : Seorang Pengantin Ditembak di Pesta Pernikahannya, Tewas Diiringi Musik dan Tawa Para Tamu
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR