Intisari-Online.com - Ketika pasangan mulai berpikir untuk mengontrol kelahiran, saat itulah mereka mulai memikirkan pemilihan alat kontrasepsi.
Memilih peranti pengontrol kelahiran ini memang gampang-gampang susah. Banyak pertimbangan.
Usia adalah hal pertama yang harus dipertimbangkan. Kemudian yang tak kalah pentingnya adalah riwayat sakit.
Bagi para ibu, riwayat menstruasi juga wajib dipertimbangkan.
Setelah itu, baru pilih yang paling nyaman menurut Anda, juga harganya.
Untuk membantu Anda mempersempit ruang lingkup pilihan alat kontrasepsi yang ingin Anda gunakan, di bawah ini ada beberapa pilihan.
Salah satunya mungkin memenuhi kriteria Anda.
Untuk pasangan yang berusia 20-an sampai awal 30-an, Anda mungkin belum berpikir untuk mencegah kehamilan, namun Anda merencanakannya di masa datang.
Anda membutuhkan alat kontrasepsi yang fleksibel.
Pasangan Muda (Usia 20-30)
Metode ini dilakukan dengan penyuntikan hormon progresteron, membantu mencegah ovulasi dan menebalkan mukosa serviks, sehingga mencegah sperma masuk ke uterus.
Metode ini juga cocok digunakan bagi pasangan yang tidak berencana mempunyai anak terlalu cepat, karena di beberapa kasus, butuh setahun untuk mengembalikan fertilitas karena metode ini.
Pil ini mencegah kehamilan dengan cara menghambat ovulasi melalui penekanan hormon LH dan FSH, mempertebal lendir mukosa servikal (leher rahim), dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium.
Pil kombinasi juga bisa mengurangi risiko kanker rahim, endometriosis, dan kanker kolon.
Selain itu, beberapa pil memiliki efek samping seperti timbulnya jerawat, mual, dan perasaan murung. Ada risiko penyumbatan saluran darah, tapi kemungkinan ini sangat kecil.
Kecuali jika Anda memiliki salah satu faktor pencetus risiko penyumbatan darah (seperti kebiasaan merokok, riwayat keluarga yang mengalami penyumbatan darah, atau migren).
Beberapa merek pil KB bahkan tidak boleh digunakan penderita penyakit ginjal, penyakit hati, atau penyakit yang berhubungan dengan hormon adrenalin.
Metode sederhana ini ampuh untuk mencegah kehamilan – ketika digunakan secara benar.
Karena menurut penelitian, kondom mempunyai peluang kegagalan sampai 20 persen.
Lateks, bahan pembuat kondom, adalah bahan yang rapuh sehingga perlu pemasangan dan pelepasan kondom dari penis secara hati-hati.
Pasangan Matang (Usia 30-40)
Di usia ini, mungkin Anda berpikir untuk tidak lagi menambah anak.
Rutinitas kerja yang semakin padat daripada sebelumnya bisa jadi membuat Anda memutuskan memilih metode pencegahan kehamilan yang lebih pasti: metode praktis dan tidak perlu perhatian ekstra.
Beberapa metode perencanaan kelahiran yang bisa dipilih:
NuvaRing adalah cincin silikon fleksibel berukuran sekitar lima sentimeter. Cincin ini mengeluarkan estrogen dan progesteron, yang akan diserap oleh dinding vagina untuk mencegah ovulasi.
Sedangkan Ortho Evra juga mengeluarkan kedua hormon tersebut, namun aplikasinya dengan ditempel di lengan, perut, atau punggung.
Kemungkinan suami menyadari keberadaan cincin ini ketika berhubungan seksual juga kecil. Selain itu, Anda tidak perlu mengonsumsi pil. Kalau berubah pikiran dan ingin menambah momongan, tinggal copot, Anda subur kembali.
Dua metode ini tidak direkomendasi untuk wanita berusia di atas 35 tahun yang merokok atau obesitas.
Intrauterine Devices(IUD) atau di Indonesia populer dengan sebutan “spiral” sudah dikemabangkan sejak 1970. Alat berbentuk huruf T ini dimasukkan ke dalam rahim.
Cara kerjanya mengganggu lingkungan rahim, menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi.
Ada yang berbahan dasar hormon, dengan melepaskan progesteron sehingga menghambat ovulasi.
Ada IUD yang melepaskan tembaga, menempel di sperma dan menghambat pergerakannya, sehingga mencegah masuk sel telur. IUD bisa digunakan selama 5-10 tahun.
IUD yang melepaskan hormon bisa menghambat siklus menstruasi, sementara yang melepaskan tembaga tidak. Selain itu, kesuburan langsung bisa kembali seketika Anda melepas alat ini.
Alat sebesar korek api lidi ini dimasukkan ke dalam tubuh Anda, yaitu di bagian lengan bagian atas. Alat tersebut akan mengeluarkan hormon progesteron selama tiga tahun.
Karena hanya mengandung hormon progesteron, cara ini bisa menjadi pilihan untuk ibu menyusui (setelah bayi Anda berusia di atas 6 bulan). Implan juga tidak terlihat dari luar tubuh.
Menstruasi bisa menjadi tidak teratur, dan wanita yang mengalami obesitas mungkin harus mengganti implan setiap dua tahun sekali.
Pasangan Dewasa (Usia 40-50)
Di usia 40-50-an, karena sudah masuk fase perimenopause, pertanyaan besar Anda kemungkinan “Apakah saya masih perlu mengontrol kehamilan?” Jawabnya: ya. Lebih dari 50 persen kehamilan di atas usia 40 tahun adalah kehamilan yang tidak direncanakan.
Maka, Anda yang sudah berumur 40-50-an, kiranya beberapa metode kontrasepsi berikut bisa jadi pilihan.
Kontrasepsi hormonal bukan saja mencegah kehamilan, namun juga membantu mengatur siklus menstruasi. Karena produksi hormon estrogen tubuh semakin melambat, siklus menstruasi bisa tidak terduga.
Beberapa dokter merekomendasikan pil rendah estrogen, pil progresteron, atau Mirena non-estrogen untuk wanita perimenopause.
Kalau Anda sudah bertekad bulat untuk tidak lagi menambah momongan, sterilisasi hysteroscopic (dengan bantuan kamera khusus) bisa jadi pilihan Anda.
Salah satu prosedur metode ini adalah menanamkan dua penyumbat kecil di dalam saluran tuba falopi dengan bantuan kamera yang dimasukkan melalui serviks.
Dalam tiga bulan, lapisan baru akan tumbuh di sekeliling penyumbat tadi, sehingga saluran tuba falopi tersumbat sempurna. Prosedurnya hanya 10 menit, dan tidak ada prosedur pembiusan. (mungkin hanya Valium, untuk relaksasi, dan lidocaine, untuk mengebaskan ceviks.
Pemilihan alat kontrasepsi ada di tangan Anda. Pilihlah yang sesuai dengan perencanaan keluarga Anda.
Risiko-risiko yang ada di setiap penggunaan alat kontrasepsi seyogianya menjadi pertimbangan penting.
Yang tidak kalah penting: pilihlah klinik/rumah sakit yang sudah terpercaya, untuk urusan konsultasi dan aplikasi alat kontrasepsi tertentu, yang membutuhkan keahlian. (*)
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR