Namun, pemerintahan Chavez dari tahun 1998 hingga 2013 sekaligus menjadi akar krisis Venezuela saat ini yaitu perampasan industri minyak atas nama nasionalisasi dan perluasan barang-barang impor.
Baca Juga : NASA Buka Lowongan Pekerjaan Khusus untuk Anda yang Doyan Tidur, Gajinya Rp230 Juta!
Dan Nicholas Maduro melanjutkan tren ini ketika dia mulai menjabat pada tahun 2013.
Menurut angka-angka OPEC 2015, Venezuela memiliki cadangan minyak mentah yang paling terbukti di dunia, dengan lebih dari 300 miliar barel.
Jumlah tersebut menempatkannya di depan Arab Saudi (266 miliar barel), Iran (158 barel) dan Irak (142 miliar barel).
Kurangnya transparasi mempersulit penentuan angka pasti pengeluaran negara tersebut.
Chaves saat itu menempatkan minyak di pusat ekonominya, lebih dari 90 persen ekspor Venezuela dan sekitar setengah dari pendapatan pemerintah berasal dari minyak.
Ketika harga minyak merosot dari $ 115 (Rp1,7 juta) per barel pada 2014 menjadi hampir setengahnya, GDP Venezuela menyusut 10 persen.
Pendekatan Chavez untuk mendapatkan keuntungan dari minyak dan telah diperburuk oleh penggantinya disimpulkan sebagai salah urus.
Petróleos de Venezuela (PDVSA), perusahaan minyak milik negara Venezuela, melakukan pemogokan pada 2002 setelah kudeta gagal menyingkirkan Chavez dari kekuasaan.
Baca Juga : Mampu Kembangkan Empati! Ini 4 Manfaat Luar Biasa Membaca Buku
Sebagai imbalannya, sekitar 18.000 tenaga kerja dipecat.
Source | : | dw.com |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Aulia Dian Permata |
KOMENTAR