"Jadi jualan sekarang harus untuk fungsi ditinggali baru laku. Atau kalau tujuannya untuk investasi maka pengembang harus kasih data ke konsumen bagaiman potensi investasinya, harus ada data potensi sewa." jela Andy.
Baca Juga : Jokowi Ingin Sungai Ciliwung Seperti Sungai Cheonggyecheon, Sungai Buruk Rupa yang 'Disulap' Jadi Cantik
Adapun segmen properti yang masih memiliki pasar saat ini adalah proyek yang benar-benar mahal atau yang murah sekali.
Menurut Andy, dua segmen itu masih akan tumbuh karena tujuannya pasti untuk ditempati.
Perlambatan penjualan properti juga diakui oleh Ciputra Group. Perusahaan ini melihat bahwa bahwa pasar properti tahun 2018 ini masih akan berat.
Tekanan nilai tukar rupiah dinilai semakin membuat pasar properti sulit untuk menggerakkan langkah kakinya.
"Penjualan sangat berat tahun ini. " kat Tulus Santoso, Direktur CTRA baru-baru ini.
Ciputra melihat pasar yang masih ada cerusknya saat ini adalah kelas menengah ke bawah.
Oleh karena itu, perusahaan sedang mencoba mendorong peningkatan pasokan di kelas tersebut.
"Saat ini kami sedang kekurangan proyek yang kecil-kecil, makanya kami mau dorong proyek di sektor ini," ungkap Tulus.
Tahun ini, CTRA menargetkan marketing sales atau pra penjualan Rp 7,7 triliun.
Hingga semester I 2018, perusahaan ini baru berhasil mencapai Rp 3,3 triliun atau 42,8% dari target.
Meskipun tantangannya masih berat, Tulus bilang, pihaknya belum berencana untuk merevisi target.
Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "Harga secondary sedang turun, sekarang waktu yang tepat membeli rumah".
Baca Juga : Rumah di Bandung Dikepung Tembok Tetangga, Ini Aturan Hukum tentang 'Tanah Helikopter'
Source | : | Kontan.co.id |
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR