Lain pula pengalaman seorang penerbang Iain. la sendiri, jatuh dan selamat. Kebetulan kampung tempatnya jatuh malam harinya mengadakan pesta. Penerbang yang sedang mengalami hari sial karena memang bukan salahnya itu, diundang dan jadi VlP-nya.
Seorang penerbang lain jatuh dan mengalami Iuka-luka yang telah membuat dia seminggu berbaring dirumah sakit. Begitu dibaringkan di tanah setelah berhasil dikeluarkan dari pesawat, mulutnya dibuka orang dan kedalamnya langsung dilemparkan orang telur.
Tetapi satu kenang-kenangan manis dibuatkan orang kampung itu baginya. la jatuh di lapangan sepakbola yang baru saja selesai. Lapangan sepakbola itu kemudian diresmikan dan diberi nama penerbang kita ini.
Seorang penerbang kita pernah mengalami crash landing bersama instrukturnya di Cekoslowakia. Turun di tengah kebun kentang di kampung yang jauh dari kota. Setelah keluar dari pesawat orang Indonesia satu ini malah jadi tontonan dan dirubungi orang. Banyak pula diantara mereka yang meraba-raba pipi dan tangannya.
''Cerni, cerni", kata mereka tersenjum heran. "Cerni" dalam bahasa kita "hitam". Mereka belum pernah lihat orang hitam. Dan jadilah penerbang kita ini “tontonan gratis".
Seorang penerbang kita di tanah air telah berhasil bail out, meloncat keluar dengan payung dari pesawatnya yang tiba-tiba tidak bisa dikendalikan lagi. Sampai ke tanah ia segera lari cari kampung sekalipun kepalanya luka begitu pula kakinya yang kehilangan sepatu.
Konon ketika ditanya, keterangannya: "Habis, kalau saya mati nanti tidak ada yang tahu.”
Baca Juga : Setelah Bertahun-tahun, Pencari Jenazah Ini Temukan Bagian Tubuh Korban Kecelakaan Pesawat 51 Tahun Lalu
Sekali ini bukan humor lagi. Tanggal 29 Juli 1947 sebuah Dakota India VT-CLA dikejar dan ditembaki pemburu Belanda di atas Yogyakarta. Pesawatnya jatuh dan terbakar. Awak pesawat gugur semua. Gugur pula penumpang-penumpangnya Bapak-bapak Angkatan Udara kita Adisutjipto dan Prof. Dr. Abdulrachman Saleh.
Tetapi ada seorang penumpang yang selamat keluar dari pesawat yang jadi berkeping-keping itu, Abdulgani namanya, sekarang jadi produser timbangan di Yogyakarta. Tuhan Maha Kuasa. Pesawat sudah hancur jatuh dan terbakar.
Abdulgani dipanjangkan usianya oleh Tuhan sampai sekarang. Peristiwa yang terjadi pada tanggal 29 Juli 1947 di Yogyakarta itu selalu diperingati oleh AURI dan dinamakan "Hari Bhakti.”
Serangkaian kecelakaan pesawat terbang telah Anda baca dalam tulisan ini. Tetapi Anda tidak perlu menarik kesimpulan bahwa begitu seringnya kecelakaan pesawat terbang terjadi di tanah air kita ini.
Baca Juga : 3 Hari Sebelum Kecelakaan Pesawat DC-10, Seorang Pria Sudah Melaporkan ‘Ramalannya’ ke Petugas Bandara
Peristiwa-peristiwa itu dikutipkan dari kejadian-kejadian sepanjang waktu kurang lebih dua puluh tahun.
Kalau diperhatikan waktu terjadinya, kecelakaan-kecelakaan pesawat terbang dimasa-masa yang lalu kelihatannya banyak menumpuk pada bulan-bulan tertentu karena pengaruh cuacanya. Tetapi karena alat-peralatan penerbangan makin maju, akhir-akhir ini gejala itu makin kabur.
Kecelakaan-kecelakaan pada alat-alat pengangkutan lain juga suatu hal yang bisa dan biasa juga terjadi diatas dunia ini. Tetapi kecelakaan pesawat terbang, pesawat terbang sipil terutama, biasanya selalu ''masuk koran" dan disebarkan secara luas.
Baca Juga : Ngeri, Ini 5 Kecelakaan Pesawat Paling Tragis di Indonesia, Salah Satunya Karena Pilot Sengaja Bunuh Diri
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR