Seorang arsitek bernama Rothuizen (rumah-rumah brengsek/jelek) terpaksa membayar f500 agar calon pelanggan tidak ngeri. Padahal, ia cuma menambahkan satu huruf s pada namanya sehingga menjadi Rotshuizen. Rots artinya (gunung) karang, atau orang yang bisa dipercaya.
Baca Juga : Banyak Dipakai Konglomerat dan Pesohor, Ini Arti Nama 'Hartono' Sesungguhnya
Seorang komisaris polisi yang juga ahli hukum, Mr. Prick, namanya menjadi tertawaan di kalangan orang yang paham bahasa Inggris. Kita tahu, banyak rakyat Belanda paham lebih dari satu bahasa asing.
Prick dalam bahasa Inggris bisa berarti "penis", bisa juga berarti "orang yang tidak menyenangkan" dan beberapa arti lagi yang "seram-seram". Jadi, ia terpaksa membayar f 500 untuk bisa menamakan dirinya Mr. Perrick.
Sekali Si Mati tetap Si Mati
Sejak 1 Januari 1972, pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan baru untuk memberi kesempatan kepada warga negaranya yang merasa terganggu dengan nama keluarga mereka.
Baca Juga : Nasib Tragis Blackberry, Dulu Dipuja-Puja Kini Namanya Hilang Tanpa Jejak dan Beginilah Kabar Terakhirnya
Biayanya bukan lagi f 500, tapi Cuma f 25. Anehnya, orang tidak berbondong-bondong mengganti namanya. Tahun 1971, saat biaya meterai masih f 500 ada 70 orang mengganti namanya.
Tahun 1972, saat biaya sudah diturunkan menjadi f 25 jumlah yang mengganti nama tidak mencapai 100 orang. Rupanya, orang Belanda setia pada namanya, betapa buruknya sekali pun.
"Och, meneer", ujar Tuan Wide Dood (Sang Maut), "sejak kecil kami sudah terbiasa dengan nama kami. Saya hampir tidak merasakan kejanggalannya lagi. Kalau anak-anak saya ingin mempunyai nama keluarga yang berbeda, terserah mereka.
Saya de Dood, bukan Jansen atau Pietersen nomor sekian. Tentu saja, saya kadang-kadang harus berhati-hati. Waktu menelepon, saya tidak akan berkata, "Anda berbicara dengan Sang Maut .... Hal ini akan mengundang lelucon-lelucon yang tidak lucu. Saya selalu menyebutkan nama saya dengan lengkap.”
Baca Juga : Dari Hindia Belanda Hingga Menjadi Indonesia, Ternyata Beginilah Asal-usul Nama Indonesia
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR