Penelitian tersebut bertujuan untuk mencari tahu bagaimana menyuling sifat-sifat anti-penyakit Sindrom Laron menjadi obat yang dapat digunakan untuk melawan kanker, diabetes dan penyakit lainnya di seluruh dunia.
Baca Juga : John McCain Meninggal Karena Kanker Otak: Benarkah Main Ponsel 15 Jam Sehari Bisa Jadi Pemicunya?
Sindrom Laron pertama kali diidentifikasi pada tahun 1950 dan hanya ada 350 orang di dunia.
Semuanya berasal dari leluhur tunggal yang memperkenalkan gen mutasi ribuan tahun yang lalu.
Sepertiga dari mereka tinggal di komunitas terpencil di Ekuador, sementara yang lain tinggal di Spanyol.
Berbeda dengan penderita dwarfisme, orang yang memiliki sindrom laron tidak kekurangan hormon pertumbuhan.
Mereka memiliki cacat pada reseptor di hati yang seharusnya mengikat hormon dan menghasilkan zat yang disebut Insulin-Like Growth Factor I (IGF-1).
Pasien laron tidak memiliki ikatan dan tidak memiliki IGF-1 – sehingga pertumbuhan mereka terhambat.
Tetapi, tidak adanya IGF-1 juga dapat mencegah pertumbuhan sel yang tidak terkontrol yang bisa berubah menjadi kanker.
Ini juga menciptakan sensitivitas ekstra terhadap insulin yang berfungsi sebagai perisai terhadap diabetes.
Longo pengaplikasikan laron dalam tikus percobaannya.
Tikus-tikus itu hidup 50 persen lebih lama dan mendapat lebih sedikit penyakit.
Sementara itu, timnya juga menyelidiki teorinya bahwa laron mungkin juga tahan terhadap penyakit jantung dan Alzheimer.
Hasil awal menunjukkan bahwa setidaknya, orang-orang kecil itu tidak memiliki risiko lebih tinggi dari kondisi tersebut.
Baca Juga : 7 Pemukiman Paling Unik di Dunia, Salah Satunya Pemukiman Khusus Orang Kerdil
Source | : | nbc news |
Penulis | : | Masrurroh Ummu Kulsum |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR