Padahal, kanal-kanal itu berkontribusi besar pada sistem saluran air yang alami.
Baca Juga: Drum Band Akmil dan Akpol Curi Perhatian di Penutupan Asian Games 2018, Ini Kumpulan Fotonya!
Tambak udang yang menggantikan hutan bakau juga menyebabkan erosi signifikan di garis pantai paling dekat dengan Bangkok.
Narong Raungsri, direktur Department of Drainage and Sewage Bangkok, mengakui bahwa ‘akar kelemahan’ kota ini memang berasal dari terowongan air yang kecil serta pembangunan berlebihan.
“Yang dulu digunakan sebagai cekungan air, sekarang sudah tidak berfungsi lagi. Sistem yang sekarang tak mampu menampung air sebanyak itu, kami perlu memperluasnya,” papar Raungsri.
Kini, pemerintah Bangkok berusaha mengurangi dampak perubahan iklim.
Mereka membangun jaringan kanal kota hingga 2.600 kilometer dengan stasium pompa beserta delapan terowongan bawah tanah yang digunakan untuk mengosongkan air jika terjadi bencana banjir.
Chulalongkorn University juga membangun taman seluas 11 hektar yang dirancang khusus untuk mengalirkan beberapa juta liter air hujan dan mengarahkannya ke lingkungan sekitarnya agar kota tidak terendam banjir.
Meski begitu, perbaikan ini masih dianggap kurang cukup.
“Kami membutuhkan kebijakan pengelolaan lahan yang jelas. Prioritaskan peningkatan ruang hijau dibanding kepentingan pengembang, ” pungkas Buakamsri. (Gita Laras Widyaningrum)
Artikel ini pernah tayang di National Geographic Indonesia dengan judul "World Bank: Permukaan Laut Meningkat, Bangkok Tenggelam pada 2030"
Baca Juga: Makan Nasi Bersama Mi Instan Akibatnya Bisa Sangat Berbahaya, Jangan Pernah Melakukannya Lagi
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Aulia Dian Permata |
KOMENTAR