Intisari-Online.com – Alkisah, dua negara sedang berperang. Banyak tentara tewas di kedua negara tersebut.
Daerah perbatasan adalah pemandangan kematian dan kehancuran.
(Baca juga: Puasa Ramadan 2017 Dipastikan Berbarengan, Bagaimana dengan Lebarannya?)
Setiap malam tentara akan kembali ke barak mereka, dengan beberapa orang terluka, beberapa kecewa, dan beberapa memendam dendam.
Yang lainnya meninggal dan tidak pernah kembali.
Suatu malam, seorang tentara yang terluka, mengetuk sebuah pondok yang sepi dalam gelap yang mengerikan. Seorang wanita tua membuka pintu.
Tanpa pertanyaa, keragu-raguan, atau takut, ia membiarkan pemuda itu masuk. Pemuda itu berkata dengan kasar, “Saya punya peluru di lenganku. Saya butuh bantuan.”
Wanita tua itu berkata, “Dengar pemuda, saya sendirian di sini. Anakku juga tentara, tapi ia tidak ada di sini.
Saya akan melakukan apapun yang saya bisa untuk membantumu. Duduklah di bawah kayu api dan buat dirimu hangat.”
Wanita tua itu membawakan teh panas dan beberapa potong roti. “Makanlah,” katanya singkat.
Pemuda itu menyesap tehnya, melihat sekeliling dengan tidak nyaman. Ia bahkan tidak yakin, jika ia berada di wilayahnya sendiri.
Haruskah ia bertanya pada wanita tua itu?
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR